1. cowok nyebelin

Drama Series 622

sella mencuci wajahnya di wastafle, setelah ia sehabis olahraga, rasanya tubuhnya sangat gerah ingin menyentuh air dan segera mandi. namun, niatnya urung di lakukan karena ia bukan lagi di kamar mandi rumahnya tapi, di kamar mandi sekolah.

"ngeselin banget timnya tadi pada gak kompak." gerutu Sella.

Lili yang mendengarnya hanya menganggukan kepalanya di dalam wc, sambil terus menedan.
"lega" ucap Lili setelah ada yang keluar dari bawahnya.

"Li!!! lo ngedengerin gue gak sih, boker mulu aja lo." kesal Sella.

"iya iya gue dengerin lo kok."

tak lama Lili terlihat keluar dari Wc, ia mengelus-ngelus perutnya yang tidak terasa sakit lagi.

"lo boker gak bisa di rumah aja tah." tanya Sella.

"enggak, kalo ditahan nanti dibilangnya sayang."

sella terkekeh terpaksa.
"apaan sih lo gak jelas gitu."

namun tiba-tiba terlihat tiga orang yang ingin berjalan masuk ke dalam kamar mandi, Sella langsung melihatnya tidak suka, ia masih saja pura-pura sibuk.

"minggir jangan ngehalangin jalan gue." ujar Dista mengusir Sella dan Lili.

Dista adalah musuh bubuyutan Sella, ia merasa sok berkuasa di sekolah ini. dengan bersama kedua dayangnya Dista selalu membuli orang seenaknya.

Sella yang tidak terima dengan perbuatan Dista, tidak segan-segan ia menegurnya.
"woy! dusta, lo gak usah sok berkuasa di sini, memangnya badan lo segede apa sih jalan selebar ini gak muat."

"lo berani sama gue, lo gue peringatkan. jangan pernah ganti nama orang sembarangan, gue gak suka dengernya, dan lo mau tau. lo itu merusak pemandangan tau." bentak Dista yang tidak terima.

Sella menarik napasnya dalam-dalam, rasanya emosinya meledak-ledak melihat Dista yang seperti menantangnya. sella bedecak pinggang sambil melotot ke arah Dista.

"Sell. gak usah di ladenin, yuk kita kekelas aja." ucap Lili berusaha meredakan emosi Sella.

"kenapa lo melotot-melotot, lo sangka gue takut." tantang Dista yang tidak mau kalah.

Sella yang sudah emosinya panas seperti air yang telah mendidih, langsung menjambak rambut Dista. Dista yang tidak mau kalah ikut menjambak Sella.

"kurang ajar." umpat Dista.

"lo yang kurang ajar." balas Sella.

"lepasin gak." ujar Dista.

"lo duluan yang ngelepasin."

"ya udah kita barengan ngelepasnya." ucap Dista memberi solusi, Dista mulai menghitung untuk saling melepaskan.
"dalam hitungan ketiga lepas bareng-bareng, satu.... dua.... ti--"

sebelum Dista selsai menghitung, keduanya malah semakin mempererat jambakan rambutnya. sehingga membuat mereka berdua saling menjerit kesakitan.

"lepas. dasar pembohong." ujar Sella.

"siapa yang pembohong, lepas!!!" jerit Dista kesakitan.

mereka masih saling menarik rambut masing-masing, kedua dayang Dista membantunya. alhasil Sella di keroyok oleh tiga orang sekaligus.

Lili yang melihat hal itu tidak bisa tinggal diam saja. bukan, bukan berarti ia harus ikut pertarungan sengit itu, ia paling tidak suka rambutnya rontok terkena jambakan.

Lili berlari memanggil guru BK, Hanya gurulah yang mampu mengehentikan mereka, dengan cepat Lili berlari.

***

Sella keluar dari ruang Bk, rambutnya terlihat acak-acakan dan terdapat luka cakaran, ia masih saja cemberut.

"awas aja lo dusta, gue bunuh lo." kesal Sella.

Sella memegang luka cakarannya membuat ia meringis kesakitan, Lili yang sedari tadi menunggu Sella di depan pintu langsung menghampiri sella.

"lo gak papa kan?" tanya Sella.

"gak papa apanya, lo gak liat." ujarnya menunjukkan dirinya kepada Lili.

"tadi kan gue udah bilang gak usah di ladenin, lonya aja sih ngeyel."

"orang kaya gitu gak bisa di diemin Li, nanti dia ngelunjak."

"ya udah sini, biar gue obatin lukanya."

Sella langsung meresa terharu mendengarnya, ternyata sahabatnya sangat perhatian dengannya.

"ih lo baik banget sih." gemas Sella mengacak-ngacak rambut Lili. namun, saat Sella masih mengacak-ngacak rambut Lili ternyata ada seseorang yang mencak rambutnya, membuat ia mengatakan kata-kata yang paling kasar.

"lo jadi cewek pemarah banget ya." ujarnya, yang membuat Sella semakin cemberut.
"senyum dong, lo kalo kaya gitu mirip monyet tau." bujuknya.

Lili yang mendengarnya langsung tertawa, namun. sella malah sebaliknya ia sangat marah di katain monyet.

"Sean!!! lo ngatain gue apa tadi?" bentak Sella pura-pura tidak dengar.

"monyet." ucap Sean menjelaskan.
sean mengerutkan dahinya, melihat Sella yang wajahnya penuh dengan cakaran.
"muka lo kenapa nyet, kaya parutan gitu?"

"ngapa? lo mau ngejek gue." jawab Sella yang masih kesal.

"dia tadi abis berantem tuh sama Dista." ucap Lili memberi tahu.

Sean yang mendengarnya langsung membelakkan matanya.
"apa! Dista, lo ini berantem mulu ya dengan dia. sini gue obatin." ujar Sean yang panik langsung memegang tangan Sella.

dengan refleksnya Sella lansung melepaskan tangannya.
"apaan sih lo jangan modus." ujarnya menatap Sean kesal.

"siapa yang modus sih, gue cuma mau bantuin lo aja." tukas Sean yang tidak mau di anggap kesempatan untuk dirinya.

"udah gak papa, biar Sean aja yang ngobatin lo." ucap Lili yang mendukung sean.

"ih apaan sih lo Li. katanya lo yang mau ngobatin gue, ya udah deh kalo gitu biar gue sendiri aja yang ngobatin." gerutu Sella.

"ya udah. Sean, gue titip Sella sama lo ya, inget jangan lo apa-apain." ujar Lili memberi amanat.

"Li. lo mau kemana gue ikut." panggil Sella yang melihat Lili pergi begitu saja.

"gue ada janji." ngeles Lili yang langsung berlari.
"gue gak mau jadi penghalang lo." ucapnya lagi sangat pelan.

"apaan sih Lili itu ninggalin gue." ucapnya lemas.

"yuk ke uks biar di obatin." ajak Sean.

mau gak mau akhirnya Sella menuruti Sean pergi ke uks, ia tidak mau wajahnya terinfeksi hewan gila. Sella duduk di atas kasur dengan Sean berada si depannya, ia telah mengambil p3k selagi Sella berjalan menuju kasur berwarna hitam itu,
dengan pasrah Sella membiarkan Sean mengobatinya.

"lain kali lo gak usah berantem." nasehat Sean.

"ya kaya mana gak kesel coba, dia itu Aw.." ucap Sella meringis kesakitan.
"pelan-pelan kenapa sih?"

"ini udah pelan-pelan." kata Sean memberian betadine ke tempat lukanya, setelah itu ia tutup dengan hansaplast.

"terimakasih ya." ujar Sella telah Selsai.

"iya monyet." jawabnya dengan tersenyum manis.

"lo jangan panggil gue monyet, memangnya tampang gue kaya monyet."

"bukan, bukan tampang lo yang kaya monyet. tapi, kelakuan lo yang kaya monyet kalo lagi marah." jawab Sean tertawa.

"apa lo bilang!!!" kesal Sella memukul tubuh Sean. Sean hanya bisa tertawa sambil meringis kesakitan.

"ampun gue ngaku kalah." pinta Sean, agar Sella menghentikan memukulnya.

"dah lah gue mau ke kelas dulu, sekali lagi terimakasih ya." ujar Sella tersenyum beranjak dari kasur.

Sean memegangi dadanya, rasanya dadanya terasa aneh ketika melihat Sella tersenyum.
"ada apa ini." tanyanya kepada dirinya heran.

#author

kasih pendapat kalian ya sesudah baca, terimakasih.

see you

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience