BAB 1

Horror & Thriller Completed 214

Dentingan piano terus mengalun dari dalam bilik muzik. Tuts-tuts yang ditekan oleh jari-jemari mungil menghasilkan alunan musik gembira. Suara jernih dan lugu semakin membuatnya terdengar sempurna. Gadis kecil itu terlihat begitu manis dengan warna gaunnya yang berwarna putih bergradasi dengan warna merah muda.

Rambutnya hitam kebiru-biruan. Sesekali dia menyentakkan kepalanya dengan pelan seiring tekanan tuts-tuts piano yang mengalun lembut dan ceria. Dia tampak sangat menguasai dan begitu menikmati lagu dan melodi yang dimainkannya.

Pintu berderit terbuka. Tampak Arsey berdiri di sana. Pria itu sepertinya dirundung kecemasan. Tampak dari keningnya yang dipenuhi lumayan banyak bulir-bulir peluh. Nafasnya turun naik tidak teratur. Mungkin dia berlari sepanjang koridor di katedral ini.

“Lova , ternyata kau di sini. Aku mencarimu ke mana-mana.”

“Untuk apa kau mencariku? Aku mendengar pembicaraanmu dengan Esra bahwa kau akan membawaku ke panti asuhan.” Lova bicara pelan. Dia berbalik dengan kasar dan seketika menghentikan permainan pianonya. Lova memandang tajam ke arah Arsey.

“Aku minta maaf untuk hal itu. Aku tak akan melakukannya. Kau adikku.”

“Omong kosong! Kau bukan hanya kakak tiri yang jahat melainkan kau juga seperti kaum Gipsi kanibal yang mengerikan.”

“Aku minta maaf. Aku mabuk.”

“Maaf katamu! Bagaimana dengan rambutku yang berantakan dan berserakan di lantai setelah kau jambak? Bagaimana dengan luka bakar di lenganku ini? Bagaimana dengan memar di betisku? Kau sangat kejam!”

“Lova , aku janji. Aku tak akan pernah mengulanginya.” Arsey memelas sembari mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

“Mungkin sekarang kau minta maaf, lalu bagaimana dengan Esra yang gemar berkencan itu. Dia sangat menyebalkan. Dia juga merusak boneka fairy tale-ku. Dia mencuri semua kembang gulaku.”

“Jangan berprasangka buruk. Bahkan Esra yang mengatakan bahwa membawamu ke panti asuhan adalah yang keterlaluan.”

“Sungguh?”

“Ya. Tidak diragukan lagi.”

“Buatlah aku yakin.”

“Dengan apa?”

“Nyanyikan lagu Frente untukku. Aku akan mengiringinya dengan piano.” Lova memohon dengan binar di matanya.

“Baiklah! Arsey mulai bernyanyi

Lova mengiringinya dengan alunan dentingan piano.

Let the sun shine in

Face it with a grin

Smilers never lose

And frowners never win

So let the sun shine in

Face it with a grin

Open up your heart

And let the sun shine in

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience