Part 4 - Stasiun Serpong

Fantasy Completed 196

Pada Malam hari yang dingin, tepatnya pada pukul Dua Puluh waktu Indonesia Barat.

Di Stasiun Serpong, Ramza dan Peter sedang menunggu kedatangan kereta komuter jurusan Serpong-Tanah Abang.

Tujuan mereka berdua ke Tanah Abang adalah untuk mengemban tugas yang diberikan oleh pemimpin Organisasi THE BLUE SKY yang biasa dipanggil Tuan Malik, tugas mereka berdua adalah untuk memusnahkan semua klub malam di Tanah Abang termasuk para pengunjungnya.

Organisasi THE BLUE SKY adalah organisasi yang paling ditakuti di daerah Tangerang, organisasi itu ditakuti karena sifatnya yang tak mengenal ampun dalam meng-eksekusi orang-orang yang menyimpang demi terciptanya dunia yang ideal.

Memang kejam, tapi untuk menciptakan dunia yang ideal mau tidak mau memang harus mengorbankan banyak nyawa.

"Manusia sudah terlalu banyak, dan sudah terlalu sulit untuk di-atur." itulah kalimat yang selalu terngiang di kepala tuan Malik yang membuatnya bersemangat mengeksekusi semua orang yang menyimpang baginya.

***

Stasiun Serpong malam ini dipadati oleh orang-orang yang lalu lalang dan para penjaja keliling yang mondar-mandir sibuk sendiri seperti orang stress.

Dengan muka mengantuk Peter duduk di tepi stasiun, sesekali ia melirik ke pasar serpong yang jaraknya cukup jauh dari stasiun, sedangkan rekannya, Ramza yang berada di sampingnya sedang asik sendiri membaca light novel yang berjudul Byousoku 5 Centimeter sambil bersandar di pilar stasiun.

Mereka berdua terlihat membawa senjata tajam di punggungnya. Peter membawa Katana sedangkan Ramza membawa pedang bermata dua.

***

"Cih! Dasar sampah." Ramza meludahi pipi orang yang baru saja lewat di depannya, orang yang diludahi Ramza memiliki tampang yang sangar dan tato Naga di wajahnya.

sekedar informasi orang bertato Naga itu bernama Budi dan ia adalah preman yang sering menjambret di Stasiun Serpong.

"Anjing!" Dengan kesal sekaligus terkejut Budi melap air ludah yang menempel di pipinya lalu ia menarik kerah baju Ramza hingga membuat Ramza menjatuhkan Light Novel yang ia baca.

Budi menatap Ramza dengan tatapan bengis seperti Anjing yang ingin menerkam mangsanya. "Bosan hidup HAH!? Asal kau tahu saja ibuku saja tak berani meludahiku Jing!!"

Lalu Ramza membalas tatapan tajam Budi dengan menatapnya balik dengan tatapan yang sangat tajam bagaikan Elang yang sedang mengintai mangsanya. "Lepaskan atau kubunuh kau secara perlahan." ucap Ramza.

"Orang culun sepertimu? Membunuhku?! Hya..ha..ha.. Mabok ni BOCAH!!" Budi tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.

Lalu setelah memerhatikan wajah Ramza cukup lama, Budi tiba-tiba terlihat kebingungan karena merasa pernah melihat wajah Ramza di suatu tempat entah di mana.

"Sepertinya aku pernah melihat wajahmu?" tanya Budi meletakkan jari manisnya di bawah bibirnya seperti banci.

*Grab!!*

Tanpa basa-basi Ramza mencengkram wajah Budi dengan tangan kanannya.

Budi memberontak menarik tangan Ramza yang mencengkram wajahnya, tapi apa daya Budi tidak bisa melepaskan cengkraman Ramza yang sangat kuat. "Kuat sekali?! Eh aku ingat dia kan salah satu anggota THE BLUE SKY yang foto wajahnya sudah tersebar di mana-mana!!"

"DASAR ORANG BERTATO BIADAB!!" ucap Ramza lantang lalu ia mengunci badan Budi dari belakang.

"Peter!! SEPERTI BIASA!! HUKUM ORANG BIADAB INI!! AKU SUDAH MUAK MELIHAT WAJAHNYA!!!"

"Dengan senang hati.."

Menahan kantuk Peter beranjak dari duduknya, dengan ekspresi jijik peter mencabut katana dari sarungnya.

"Sebenarnya apa gunanya tato itu? Apa kau pikir tato itu membuatmu terlihat menyeramkan?" Tanya Peter merasa jijik dengan penampilan preman itu yang sangat kumuh baginya. "Huh bagiku tidak, orang menyimpang sepertimu harus kubunuh agar tidak menulari masyarakat Tangerang yang hampir hancur ini."

"Ja... jangan bunuh aku!" Budi menggeliat berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ramza tapi apa daya kekuatan Budi tidak mampu untuk melawan kekuatan tangan Ramza yang mengunci tangan dan lehernya.

"Jujur saja, aku paling benci dengan anjing sepertimu!!" mata Peter mulai memerah karena amarah.

Melihat kejadian itu orang-orang di sekitar stasiun termasuk satpam pergi menjauhi mereka dan memilih menonton mereka dari kejauhan. Sedangkan Jet dan Fazz yang berjarak Lima meter dari Ramza masih terlihat duduk di bangku stasiun dan mengabaikan kejadian itu.

Di tengah Jet dan Fazz terlihat sebuah koper hitam yang isinya hanya ribuan paku payung dan bom waktu berdaya ledak C4 yang akan meledak pada pukul Sembilan Lewat Lima malam.

"Jet bukankah itu Ramza dan Peter?"

"Fuh, aku tak menyangka orang secerdas Peter bisa bergabung dengan Organisasi konyol itu."

Saat Peter bersiap untuk menebas orang bertato di depannya, tiba-tiba saja Ramza melepas kunciannya dan membebaskan Budi yang sangat ketakutan.

"Pergilah sebelum aku berubah pikiran!" Usir Ramza dengan nada tinggi.

"Te..Terima kasih!!" Budi berterima kasih sambil berlari meninggalkan mereka dengan sempoyongan.

Entah kenapa Peter terlihat menyeringai melihat Budi yang berusaha berlari menjauhinya dengan sempoyongan.

"Ramza ternyata kau jahil juga."

"Fuh, Orang biadab seperti dia sudah sewajarnya diberi kejutan."

Tiba-tiba *JRASHH!* Leher Budi terputus dengan sendirinya, darah segar menyembur keluar seperti air mancur dari lubang tenggorokannya.

*Bruk!* Tubuh Budi yang tanpa kepala akhirnya ambruk sedangkan kepalanya menggelinding di lantai dan akhirnya berhenti tepat di depan Fazz dan Jet yang sedang duduk.

"Sayang sekali, saat di lepaskan oleh Ramza, kau telah kutebas dengan kecepatan tinggi." Ucap Peter lalu ia menyarungkan katananya kembali ke tempatnya.

"Ekh!! Apa-apaan itu?! Kepala orang ini terputus dengan sendirinya!?" Batin Fazz melihat kepala Budi yang tergeletak di depannya.

"Mo..monster?!" Jet tidak kalah terkejut dengan Fazz yang duduk di sampingnya.

Hal tersebut membuat orang-orang sekitar yang menonton berlari berhamburan karena ketakutan. Sebagian ada yang berlari ke desa terdekat dengan memanjat pagar besi yang cukup tinggi, dan sebagian lagi berlari ke jalan raya dan Pasar Serpong.

Sementara itu saat orang-orang sibuk menyelamatkan diri, Fazz dan Jet terlihat masih duduk di bangku stasiun menunggu kedatangan kereta dengan santainya.

Jet merasa risih dengan potongan kepala Budi yang tergeletak di depannya, merasa tidak tahan, Jet pun beranjak dari duduknya dan menendang kepala Budi yang menggangu pemandangan hingga terjatuh di tengah rel kereta.

Peter yang menyadari keberadaan Fazz dari awal mencoba menyapa Fazz. "Fazz! akhirnya kau keluar juga, kupikir kau sudah gila karena kematian Yui." Peter sungguh tidak menyangka melihat teman akrabnya yang suka mengurung diri bisa keluar dari kamarnya yang gelap.

"Gila?!" Fazz kesal, lalu ia menoleh ke kanan dan ia pun melihat Peter teman akrabnya yang sedang berjalan kearahnya.

Jet tampak cemas melihat Peter dan Ramza berjalan menghampiri mereka berdua. "Huh! Menyusahkan saja, Kalau begini bisa-bisa kita harus menggunakan rencana B!" Benak Jet kesal lalu ia memberi isyarat kepada Fazz dengan menepuk bahu kanan Fazz sebanyak dua kali.

Fazz mengangguk tanda mengerti.

Lalu ia menyapa Peter dengan mengangkat tangan kanannya. "Kau datang diwaktu yang salah Pet," benak Fazz menurunkan tangannya kembali.

To be Continued...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience