Sumpah demi apapun saat ini Vania dalam keadaan benar-benar kesal.bagaimana tidak,tadi Gilang sendiri yang memintanya untuk keruangan,namun sesampainya disana dirinya malah diusir.sekarang waktu istirahatnya terbuang percuma karena hal ini.
"Awas aja tuh dosen.sekali lagi berulah.gue jadiin perkedel?!" Dumel Vania saat memasuki kantin.
Dari kejauhan Gita,Rika dan bela melihat Vania berjalan sambil ngedumel.dari raut wajahnya,mereka sudah bisa menebak bahwa terjadi sesuatu diantara Vania dan Gilang diruangan dosen.
"Gimana Nia,loe kena marah ya?" Tanya Rika saat Vania menduduki kursi di depannya.
"Nggak?!" Jawab Vania dengan nada kesal.
"Lah,kalau gak kena omel terus kenapa loe ngedumel aja?" Ucap bela yang langsung diangguki oleh Gita dan Rika secara bersamaan.
"Gue gak kena omel.cuma tingkah tuh dosen yang bikin gue kesel?" Vania mengangkat sedikit kedua tangannya lalu mengepalkannya kuat.
"Masa ya.kan tadi dia yang manggil gue keruangannya.tapi pas gue udah disana dia malah bilang "NGAPAIN KAMU KESINI".terus udah gitu gue malah diusir dari sana.nyebelin kan?" Dengan masih memasang raut wajah kesalnya Vania mengambil salah satu minuman sahabatnya lalu meminumnya.
"Kesel sih kesel nia.tapi jangan minuman gue juga yang loe embat?" Protes bela ketika minumannya diteguk habis sampai tidak tersisa.
vania sama sekali tidak memperdulikan protesan bela,dia hanya cemberut mengingat kejadian di ruangan dosen tadi.
================
Malam hari tiba,pak Gunawan,ibu Hanna dan Gilang kini tengah berkumpul di ruang makan.ketiganya tampak begitu menikmati sekali menu makan malam mereka.hanya terdengar suara dentingan sendok yang samar,sampai akhirnya suara ibu Hanna memecah keheningan.
"Gimana hari pertama kamu ngajar,Lang?" Tanya ibu Hanna.
"Baik Bun,semuanya lancar kok?" Jawab Gilang sambil melempar senyum manis kepada sang bunda disela kegiatan makannya.
"Bagus deh kalau kayak gitu.bunda senang dengarnya.semoga kamu betah ya disana?" Ibu Hanna membalas senyuman gilang.
Gilang mengangguk pelan,tangannya kini meraih gelas disamping piring yang berisikan air putih lalu meminumnya beberapa teguk.
"Kamu gak ada niatan buat berhenti jadi dosen,Lang?" Ucap pak Gunawan tiba-tiba,hal itu tentu saja berhasil membuat pergerakan ibu Hanna dan Gilang terhenti.
"Udah dong yah.jangan mulai lagi?" Peringat ibu Hanna agar sang suami tidak lagi membahas hal yang Gilang tidak suka.
"Loh,kenapa???ayah kan cuma tanya??lagi pula,apa bagusnya sih jadi dosen??lebih baik Gilang jadi CEO diperusahaan ayah.masa depannya LEBIH JELAS?" Pak Gunawan sengaja menekan dua kata terakhir.sejenak laki-laki paruh baya itu melihat ke arah Gilang namun sedetik kemudian dirinya langsung membuang muka.
Hubungan keduanya memang tidak baik semenjak Gilang memutuskan untuk menjadi dosen ketimbang menjadi CEO diperusahaan pak gunawan.padahal pak Gunawan sangat berharap sekali kalau Gilang menggantinya disana.
"apa perlu aku ingatkan ayah lagi alasan aku menjadi dosen?" Ucap Gilang kepada sang ayah.
Gilang kesal,Gilang marah.kenapa selalu hal ini yang ayahnya bahas.kenapa ayahnya tidak pernah mau mengerti akan keputusannya untuk menjadi seorang dosen saat ini.
"Lang?" Ibu Hanna menggenggam tangan Gilang,berusaha menenangkan anaknya.dia tau sekali saat ini Gilang sedang kesal kepada suaminya.
"Ayah tau kamu lakukan ini demi kakak kamu.tapi kan sekarang kakakmu itu sud-" pak Gunawan seketika menghentikan perkataannya saat melihat Gilang beranjak dari tempat duduknya.
"Gilang,kamu mau kemana?makananmu belum habis?" Tanya ibu Hanna.
"Gilang udah kenyang bun.gilang mau kekamar dulu?" Tanpa melihat ke arah sang ayah,gilang pergi meninggalkan ruang makan.dirinya sudah tidak bernafsu lagi untuk menyantap makanannya setelah pembahasan tadi.
"Anak itu.kenapa keras kepala sekali?" Pak Gunawan menghela nafas panjang.
"Ayah juga yang salah.ayah kan tau alasan kuat Gilang untuk jadi dosen.dia lakukan semua ini untuk impiannya Giska yah?" Ucap ibu Hanna membela Gilang.
"Iya,ayah paham.tapi apa ayah salah meminta Gilang buat bantu ayah jalankan perusahaan.cuma anak itu yang ayah andalkan Bun?" Ibu Hanna paham dengan keinginan sang suami.dulu selagi Giska masih hidup,Giska lah yang membantu suaminya di perusahaan.namun ketika kesehatan Giska mulai tergantung dan ngedrop beberapa bulan lalu suaminya langsung meminta Giska untuk berhenti bekerja.
Sekarang hanya Gilang lah yang mereka punya setelah kepergian giska.tapi sampai detik ini ni gilang masih sangat setia dengan cita-cita kakaknya yang sangat ingin menjadi dosen.
Sama halnya dengan Gilang,dulu pak Gunawan juga menentang keinginan Giska yang mau menjadi dosen.dengan alasan kesehatannya.tapi karena Giska tidak punya daya untuk berontak,alhasil Giska hanya bisa pasrah menuruti keinginan sang ayah.
"Ayah yang sabar ya.nanti bunda akan coba bicarakan hal ini pelan-pelan sama Gilang?" ucapnya.
Pak Gunawan mengangguk pasrah.yah...siapa tau saja dengan istrinya yang berbicara nanti Gilang mau merubah pendiriannya.maklum,pak Gunawan dan Gilang memiliki sifat yang sama,yaitu sama-sama keras kepala.
================
Gilang memasuki kamarnya yang bernuansa putih abu-abu.dengan tertunduk lemah Gilang duduk di tepi ranjang.dia menghela nafas panjang kemudian mengusap wajahnya perlahan.kepalanya begitu pusing memikirkan perdebatannya dengan sang ayah yang tidak kunjung usai.
Walau ini bukan perdebatan yang pertama kalinya dengan sang ayah,tapi tetap saja hal ini selalu membuatnya gelisah.entah sampai kapan perdebatan mereka berakhir.
Sepasang mata coklatnya kini tertuju kepada foto yang terpajang di atas nakas.sejenak dirinya tersenyum memandangi foto Giska bersama dengannya yang tengah berada di puncak.tidak lama Gilang mengambil foto tersebut lalu mengelusnya perlahan.
"Andai aja kakak masih hidup.pasti aku gak akan sesedih ini kak?" Gilang terus menerus menatap benda ditangannya.
"Aku kangen banget sama kakak?" Kedua mata Gilang mulai berkaca-kaca.tanpa sadar setetes air mata terjatuh mengenai foto.
Tok tok tok
Terdengar pintu diketuk.tidak lama pintu kamar Gilang terbuka perlahan.gilang langsung menghapus air matanya begitu mengetahui bahwa sang bunda yang datang ke kamarnya.
"Bunda?" Gilang tersenyum tipis kemudian menaruh kembali bingkai foto di atas nakas.
Sambil tersenyum manis ibu Hanna berjalan mendekati gilang.sekilas wanita itu melihat benda yang baru saja ditaruh oleh Gilang,setelah itu dirinya duduk di tepi ranjang.
"Kamu kangen ya sama kakakmu?" Gilang mengangguk pelan kemudian menyandarkan kepalanya di bahu sang bunda.
"Andai kak Giska masih hidup ya bun.pasti sekarang dia lagi peluk aku sambil cium kening berkali-kali?" Gilang kembali teringat akan kebiasaan kakaknya jika dirinya tengah dilanda kesedihan.
Ibu Hanna memeluk penuh sayang Gilang dari samping.diciumnya pucuk kepala sang anak beberapa detik.
"Bunda juga kangen sama kakakmu,lang.sifat riangnya,manjanya semua kebiasaan dia bunda kangen.tapi tuhan lebih sayang sama kakak mu,lang.tuhan gak mau kakakmu ngerasain sakit lebih lama lagi?" Mendengar suara sang bunda yang sedikit bergetar,gilang langsung melepaskan pelukan bundanya dan kembali menegakkan tubuhnya.
"Bunda jangan sedih?" Gilang segera menghapus buliran air mata yang baru saja meluncurkan mulus dipipi ibu hanna.kini keduanya saling melempar tatapan teduh.
"Gilang sayang sama bunda.gilang gak mau liat bunda sedih?" Ucapnya lalu memeluk ibu Hanna.Beberapa menit keduanya tampak terdiam.
"Gilang?"
"Iya Bun?"
"Kamu sayang kan sama bunda?"
Dengan cepat Gilang melepas pelukannya setelah itu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sang bunda.
"Kalau kamu sayang sama bunda.kamu mau kan bantu ayahmu diperusahaan?" Ucap ibu Hanna.
Raut wajah Gilang seketika menjadi datar.matanya menatap penuh selidiki wanita yang tengah duduk di sampingnya."pasti ayah yang minta bunda ngomong ini ke aku?" Tanyanya.
"Iya?" Ibu Hanna membenarkan pertanyaan Gilang.
"Bun-"
"Iya,bunda tau alasan kamu menolak permintaan ayah.tapi....apa enggak sebaiknya kamu pikirkan lagi,hm?" Pintanya.
"Ayah sama bunda sekarang cuma punya kamu Lang.umur ayah mu juga gak lagi muda.cepat atau lambat ayah pasti akan pensiun.kalau bukan kamu yang meneruskan perusahaan siapa lagi.bunda tau kalau kamu jadi dosen untuk mewujudkan cita-cita kakakmu itu.tapi kan kamu bisa menjalankan keduanya secara bersamaan?" Jelasnya.
"Bunda gak maksa kamu lang.bunda cuma mau kamu memikirkannya lagi baik-baik?" Ibu Hanna mengelus lembut rambut gilang.anak itu masih setia terdiam mendengarkan perkataannya.
Karena Gilang tidak kunjung bicara,ibu Hanna pun memutuskan untuk meninggalkan kamar Gilang.
"aku mau bantu ayah di perusahaan?" Ucap Gilang tiba-tiba.ibu Hanna yang hendak membuka pintu segera menghentikan pergerakan tangannya.samar-samar wanita itu mengukir senyum diwajahnya.
Ibu Hanna menoleh ke arah Gilang dan kembali berjalan menghampirinya."seriusan,kamu udah memikirkannya baik-baik nak?" Tanyanya memastikan.
"Tapi Gilang Gak mau melepaskan pekerjaan Gilang sebagai dosen.gilang akan coba jalankan keduanya?" Jawab Gilang.
Sambil tersenyum wanita itu mengangguk kemudian menangkup wajah Gilang."makasih ya nak.ayah pasti senang mendengarnya?" Akhirnya,bujukannya kepada Gilang berhasil juga.sungguh,wanita itu senang sekali mendengar keputusan gilang.semoga ini menjadi jalan untuk Gilang dan ayahnya dalam memperbaiki hubungan mereka yang sudah lama renggang.
=================
Gita,Rika dan bela mendatangi rumah kediaman vania.rencananya malam ini ke empatnya ingin maraton drama Korea.awalnya mereka berencana ingin melakukannya setelah pulang dari kampus.tapi berhubung mood Vania sedang tidak baik,alhasil mereka merubah rencananya.
TAARRAAA....
Vania terbelalak ketika melihat ketiga sahabatnya membawa banyak sekali kantong makanan,sampai ketiganya terlihat kesusahan.
"Gila ya kalian.mau jualan atau mau nonton sih?" Ucap Vania menggelengkan kepalanya menatap Gita,Rika dan bela.ketiganya hanya menyengir kuda melihatnya.
"Biar gak kelaperan nia.kan kita mau maraton Drakor?" Jawab gita.
Tidak ingin membuang waktu lama,Vania dan para sahabatnya pun langsung kekamar.Vania mengambil laptopnya didalam lemari,sementara Gita dkk sibuk menyiapkan makan dan minum ringan yang mereka bawa.
"Itu apa?" Tanya Vania ketika melihat sebuah tas berukuran sedang d atas isofa.
"Itu baju ganti kita.malam ini kita nginep ya dirumah loe?" Jawab bela.
"Oke?" Ucapnya santai.
Dilantai yang beralaskan karpet beludru berwarna biru keempat gadis itu duduk dengan tenang.vania segera memplay filmnya.A Business Proposal,menjadi film pertama yang mereka tonton saat ini.
"Bel,menurut loe pak gibran itu gimana?" Tanya Rika ditengah acara menonton mereka.
"Ngapain loe tiba-tiba tanya soal pak Gilang?" Sela Vania yang masih sibuk melihat adegan peradegan difilm tersebut.
"Ya gak apa-apa.cuma tanya aja.eh,tapi kalau dilihat-lihat pak gilang gantengnya pake banget ya.calon suami idaman banget?" Ucap Rika memuji gilang.sesaat anak itu tersenyum-senyum membayangkan wajah tampan milik sang dosen.
"Idiihh....calon suami idaman apaan.orang dingin plus galak gitu kok?" Ucap Vania sambil membuat gerakan hendak muntah.
Bela terkekeh diikuti Gita dan rika."hati-hati loh.benci jadi suka nanti?" Ucap Gita menyenggol lengan Vania,membuat Snack ditangannya sontak terjatuh dan berserakan di karpet.Vania berdecak kesal lalu mengambil satu persatu Snack yang tercecer dan memakannya.
"Apaan.gue,suka sama pak gilang.iyuuuuhhh....gak lah yah.walaupun dia laki-laki satu-satunya di dunia ini.gue gak akan suka dan mau sama dia.lebih baik gue jomblo seumur hidup?" Membayangkannya saja sudah membuat Vania malas apalagi jika hal itu benar terjadi.
"Eh,tapi kalau NANTI loe sama pak Gilang beneran jadian.jangan lupa pajak jadiannya ya?" Goda Gita sambil menaik-turunkan alisnya.
"Yupz.bener tuh.gue minta traktiran yang paling mahal?" Timpal bela.
"GAK AKAN!!gue gak akan suka sama tuh dosen?!" tekan Vania.
"tapi gue gak yakin?!" ucap Gita meragukan perkataan Vania.
"terserah kalian deh?" Vania memilih untuk fokus ke film yang ditontonnya dari pada mendengarkan perkataan ketiga sahabatnya itu.
Share this novel