BAB 5

Romance Completed 102088

Unedited

Paradise adalah kelab malam tempat biasa Alex, Zak dan Rafael berkumpul. Tempatnya sesuai dengan namanya. Paradise. Surga. Bukan surga di atas ya, surga di bumi. Alex menyipitkan mata begitu masuk ke dalam kelab. Matanya sibuk mencari sosok Zakari dan Rafael.

Pandangannya tiba-tiba berhenti pada sosok pria yang kini sedang tersenyum lebar ke arahnya sembari melambaikan kedua tangannya. Dengan kakinya yang panjang, Alex berjalan menuju ke tempat Zak dan Rafael duduk.

"Yo, Alex my bro.." sapa Zak berdiri dari tempat duduknya dan memberikan Alex pelukan.

Rafael yang melihat kedatangan sahabatnya itu lantas ikut berdiri dan menyapa Alex.

"Lo kenapa, Raf?" tanya Alex dengan penampilan Rafael kini.

Rafael kelihatan begitu berantakan. Rambutnya acak-acakan. Matanya hitam berkantung. Kumisnya yang mulai tumbuh bahkan tidak dia cukur. Penampilannya saat ini sangat berbeda dengan penampilanya sehari-hari yang selalu modis dan rapi.

Rafael menyibak rambutnya yang mulai panjang dan berkata, "Hanya masalah kecil, Lex." Rafael kemudia mengambil tempat duduk di sebelah Alex.

Dari penampilan Rafael, Alex yakin bahwa temannya itu sedang berbohong.

"Seorang Rafael Daniswara pemimpin perusahan Daniswara Corp yang sangat dikagumi dan dihormati oleh semua karyawannya gak akan keliatan kayak begini kalo itu cuma masalah kecil doang." tantang Zak dari tempat duduknya.

Rafael menatap Zak lekat kemudian mulai memijat pelipisnya. Rafa bukan tipe orang yang hanya karena masalah kecil penampilannya bisa berubah 180 derajat seperti ini. Di antara mereka bertiga, sifat Rafael terbilang yang paling dewasa. Sikap dan prilakunya yang bersahabat membuat Rafael banyak dikagumi dan dihormati para pebisnis.

Zakari dan Alex tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran sahabat mereka itu. Namum mereka berdua juga mengerti jika Rafael belum siap menceritakannya sekarang. Alex dan Zak tidak akan memaksa Rafael.

"Lo gak perlu cerita sekarang, Raf. Kalo lo udah siap cerita, kita berdua siap dengerin elo. Kalo lo enggak mau cerita, kita berdua juga gak akan maksa elo." ujar Alex mencoba memahami  keadaan Rafa.

Zak yang duduk di samping kanan Rafa, ikut menganggukan kepalanya setuju dengan perkataan Alex."Bener kata Alex, Raf."

Rafael tersenyum lemah dan berucap, "Thanks bro,"

Suasana kelam yang tercipta diantara mereka bertiga membuat Zak tidak tahan dan akhirnya memutuskan untuk melalukan sesuatu. Sambil memegang gelas yang berisi tequila di tangan kanannya, Zak berdiri.

"Gentlemans, kita lagi di Paradise. Tempatnya untuk senang-senang. Kalian gak liat apa, setiap wanita yang ada disini natap kita kayak kita ini makanan lezat? Jadi, angkat dagu kalian. Senyum. Kedipkan mata and let's hunting." ucapnya tersenyum puas lantas berjalan meninggalkan Alex dan Rafael sendirian.

Rafael dan Alex hanya bisa menggelengkan kepala mereka berdua saat  melihat Zak berjalan ke arah tempat duduk sekelompok wanita yang sedang asyik mengobrol.

Ya, kalau sifat Alex digambarkan sebagai sosok yang dingin dan tegas, sifat Zak adalah kebalikannya.

Terkadang Zak bersikap seperti anak kecil. Berisik, ceria dan tanpa beban. Akan tetapi, meski sikapnya agak kekanak-kanakan, otaknya itu jangan pernah diragukan.

Di antara mereka bertiga, Zakari memiliki IQ-nya yang paling tinggi. Dan hal itu tidak dia sia-siakan. Sesuatu yang belum bisa dilakukan Alex dan Rafael sudah dilakukan Zak. Cabang perusahan Zak kini bukan hanya berada di dalam negeri saja. Keluarganya berhasil membuka cabang perusahan mereka di negara tetangga. Dan itu semua karena ide dan saran-saran dari Zak.

Dari tempat Alex dan Rafael duduk, mereka berdua bisa merasakan semua tatapan yang diberikan orang kepada mereka. Tatapan panas dan menggoda dari  para wanita dan tatapan ingin membunuh dari para pria. Oh, hal ini sudah biasa mereka alami. Dan mereka sama sekali tidak memerdulikannya.

Alex lantas menebarkan pandangannya ke seluruh penjuruh ruangan. Matanya tiba-tiba bertemu dengan mata wanita cantik yang saat ini sedang duduk di pojokan sembari menyesap minumannya. Alex mengedipkan matanya ke arah wanita itu. Dan wanita itu juga membalasnya dengan kedipan mata yang tak kalah lebih sexy.

Sangat gampang bukan.

Entah kenapa pikiran Alex kembali ke kejadian tadi siang. Peristiwa dimana sekretarisnya itu mengatakan kalau Alex tidak termasuk ke dalam tipe pria idaman wanita.

Sialan.

Alex masih kesal jika mengingat kejadian itu. Ia tidak percaya saja kenapa dirinya tidak masuk ke dalam tipe pria yang disukai wanita itu.

Dia menyalahkan kacamata tebal yang selalu digunakan Delilah sebagai penyebab dirinya tidak masuk ke dalam pria ideal sekretarisnya itu.

Alex tersenyum miris.

"Lo kenapa senyam senyum sendiri?" tanya Rafael yang tidak diduga Alex sedang memperhatikannya.

"Gue inget sesuatu." jawab Alex tidak mau menjelaskan. "Telpon aja." tambahnya pada Rafael.

"Ha?" 

"Telpon aja." ujarnya sekali lagi sambil memainkan gelas minumannya yang sudah kosong. "Gue perhatiin dari tadi lo sibuk banget marhatiin handphone elo, Raf."

Alex sudah memerhatikan Rafael dari tadi. Dari pengamatan Alex, pandangan dan perhatian Rafael tidak pernah berpaling dari layar ponselnya.

"Sudah. Tapi gak di angkat." Rafael menjawab Alex dengan putus asa.

'Oh,jadi Rafa galau gara-gara ini? Pasti ini ada kaitannya dengan wanita. Tapi siapa?' Alex menerka-nerka.

Alex pun mencoba memancing Rafael.

"Pasti dia wanita yang hebat sampai bisa bikin elo berantakan begini." 

"Dia beda dengan yang lain, Lex. Beda banget dengan wanita-wanita yang selama ini gue kenal." Rafael tersenyum bangga namun Alex bisa melihat ada kesedihan tersirat dimata sahabatnya itu.

***

Zak yang tadinya sedang berburu, katanya sendiri, akhirya kembali juga.

"Man, gila. Nyesel lo berdua gak ikut gue tadi." ujarnya kemudian menjelaskan hal-hal yang menyenangkan yang terjadi padanya selama dia berburu.

Alex dan Rafael sesekali tertawa mendengar cerita Zak itu. Sementara asyik mendengar cerita perburuan Zak, tiba-tiba seorang wanita menghampiri meja mereka dan membuat Zak menghentikan omongannya.

"Hai." sapa wanita berambut pendek itu kepada mereka bertiga dengan suara menggoda.

"Hai juga, cantik," Zak melambaikan tangannya tersenyum nakal.

"Gue Olivia," Olivia memperkenalkan dirinya pada mereka bertiga.

"Gue Zak, ini Alex dan yang di ujung namanya Rafa." ucap Zak memperkenalkan mereka bertiga.

Mata Alex kemudian mulai memperhatikan penampilan Olivia. Ia menatap Olivia dari ujung kepala sampai ujung kaki wanita itu.

'Lumayan. Gak buruk-buruk amat.' Batin Alex memberi nilai.

Mini dress berwarna hitam yang super ketat yang dipakai Olivia membuat lekuk-lekuk tubuh wanita itu terlihat jelas. Alex yakin ia sengaja memilih pakaiannya sekarang karena bangga akan tubuhnya itu.

'Wanita pintar.' Puji Alex dalam hatinya.

"So, Oliva, lo ngapain kesini? Ke meja kita?" balas Zak dengan senyum khasnya. Senyum menggodanya yang selalu dia berikan ketika berhadapan dengan PKW. Para kaum wanita. Termasuk Olvia ini.

"Hmm, lo liat teman-teman gue disana?" tunjuk Olivia pada sekumpulan wanita yang sedang duduk tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Zak, Alex dan Rafael menoleh ke arah yang ditunjukan Olivia setelah itu  mengangguk.

"Kita lagi main truth or dare. Dan mereka nantangin gue untuk, untuk ciuman sama elo." Olivia menunjuk Alex.

"Alex? Kenapa gak gue aja? Gue bilangin, ya. Elo bakalan nyesal milih Alex daripada gue." seloroh Zak terkekeh.

Olivia mengacuhkan perkataan Zak. Tatapan matanya hanya tertuju pada Alex. Bagi Olivia, di antara ketiga pria yang ada di hadapannya ini, Alexlah yang paling tampan. Ia sudah dari tadi memperhatikan Alex. Dari saat Alex masuk ke dalam kelan sampai sekarang ini.

'Ciuman, hmm?'

"Okay."  Alex berdiri dan berjalan mendekati Olivia.

"Thanks banget sudah—"

Alex menempelkan bibirnya di bibir wanita itu. Menghentikan kalimat Olivia. Olivia membalas ciuman Alex dengan malu-malu. Tak lama, ciuman yang awalnya pelan dan penuh hati-hati seketika berubah menjadi kasar dan agresif. Setelah puas mencium wanita itu, Alex menarik tubuhnya menjauhi Olivia dan langsung kembali duduk.

Baru saja Olivia akan menyampaikan ucapan terima kasihnya pada Alex, perkataan pria itu seketika membuat tubuh Olivia seperti disiram air es.

"Sudah, kan? Lo bisa balik sekarang. Dan tolong jangan ganggu kita lagi." Alex menatap dingin Olivia lantas mendengus, tersenyum mengejek.

Olivia tidak menyangka bahwa orang yang belum satu menit bertukar ludah dengannya, bisa berubah drastis dan bersikap dingin seperti ini. Bagi Olivia yang selalu dikejar-kejar pria, sikap acuh Alex sangat membuat harga dirinya terluka.

"F*ck You!!" maki Olivia kemudian berjalan meninggalkan meja mereka.

"Udah gue bilangin malah gak didengerin. Tuh kan, kesel sendirikan..." ujar Zak setengah berteriak. Teriakannya itu berhasil membuat Olivia tambah marah, dia membalasnya dengan umpatan.

Alex dan Zak tertawa. Rafael yang sedari tadi hanya diam memperhatikan juga ikut tertawa. Wanita memang aneh. Alex bahkan menyetujui permintaan konyolnya itu. Eh, dia malah membalas kebaikannya itu dengan makian. Aneh.

"Sadis lo emang di atas rata-rata, Lex. Benar gak, Raf?"

"Yup. Gue kasihan sama wanita yang bakalan jadi istri lo, Lex." tambah Rafa ikut bercanda.

"Wah, Raf. Doain istri gue lo, ya. Btw,  ngukur sadis gimana caranya, Zak?" sindir Alex.

"Sadis elo gak perlu diukur, Lex. Udah bawaan lahir. Pernikahan dengan  Alexander Williams itu gak dapat di satukan, Raf. Alex nikah? Waduhh, tunggu ayam bisa kencing juga si Alex gak bakalan nikah." Ledek Zak.

"Sialan lo, Zak. Kita liat aja nanti siapa yang bakalan married duluan."

"Oke, Lex. Kita liat aja nanti."

Jika saat ini Alex memberitahukan mereka bahwa sebentar lagi ia akan menikah, Zak dan Rafa pasti tidak akan percaya. Ia tidak sabar ingin melihat reaksi mereka saat mengetahui hal itu.

"Cabut yuk. Udah malem. Gue ada meeting besok." sahut Alex sembari melihat jam rolex yang ia pakai di tangan kirinya.

"Gue nebeng sama lo ya, Raf. Gue gak bawa mobil,"

"Lo sama Alex aja, Zak. Gue gak langsung pulang. Ada urusan penting yang pengen gue selesain." tolak Rafael.

"Lo mau kemana malam-malam begini? Urusan penting apaan, Raf?" tanya Zak penasaran.

"Gak usaha banyak tanya, Zak. Kalo elo gak mau nebeng sama gue, elo naik taxi aja." Alex mengalihkan pembicaraan Zak.

Dia tahu kemana tujuan Rafael. Temannya itu pasti akan menemui wanita yang tadi dibicarakannya itu.

??????????

Jangan lupa vote dan komennya, ya

Love
Ilz

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience