Postingan Sosial Media

Drama Series 3289

Entah apa yang sudah di lakukan oleh laki-laki yang bernama Papa dalam tidurnya? Hingga membuat istriku memperlakukannya dengan begitu istimewa.

Apa Widuri telah mendua dan bermain api di belakangku? Rasa benci mulai menjalar di hatiku dan memilih keluar dari kamar, meninggalkannya tanpa menjawab.

"Kak Destra mau ke mana?" Tanya Devina-adik bungsuku yang baru pulang dari sekolahnya.

"Kakak mau ke luar, ada urusan sebentar. Oh, iya. Bagaimana dengan keadaan Papa, Dek?"

"Sepertinya Papa sudah mulai membaik, Kak. Kan ada Suster teladan yang selalu merawatnya."

Jawaban Devina membuatku mengernyitkan dahi.

"Suster teladan, siapa?"

Aku bertanya dengan rasa penasaran dengan sikap aneh Widuri.

"Ibu Widuri, dia sangat telaten kalau merawat Papa. Istri Kakak itu sepertinya benar-benar tulus mengurus Papa, juga kami adik-adik iparnya. Apalagi sama Papa, kelihatannya Ibu Widuri sayang banget" Terang Devina. Sejenak ia terdiam. "Aku juga pernah melihat Ibu Widuri nangis di kamar Papa. Tapi aku tidak berani bertanya, Kak." Sambungnya.

Wajahku terasa memerah bak di tampar dengan penuturan adik bungsuku. Aku senang Widuri merawat Papa dengan baik. Tetapi kedengarannya sangat berlebihan.

Rasanya ingin sekali marah. Mungkinkah Widuri menyembunyikan sesuatu dariku? Istri yang kukenal lewat dunia maya.

Satu setengah bulan yang lalu awal perkenalanku dengannya, saat aku mencari seorang perawat untuk Papa lewat aplikasi biru. Pilihanku jatuh kepada sosok Widuri tanpa melihat masa lalunya terlebih dahulu.

Waktu itu Papa kembali koma ketika penyakit gula dan asam uratnya yang sudah menahun kambuh. Kami, anak-anaknya yang sibuk dengan urusan masing-masing, akhirnya memutuskan untuk mencari seorang perawat setelah istri kedua Papa pergi meninggalkannya.

Aku membuat pengumumn di aplikasi biru, di antara banyak komentar dan inbox akhirnya memilih Widuri untuk kujadikan perawat Papa.

Namun yang terjadi aku malah memintanya untuk kujadikan istri. Aku jatuh cinta saat pertama kali kami bertemu. Kecantikannya benar-benar telah menghipnotisku.

Bukan tanpa perjuangan ketika aku meminta untuk menikahinya yang berakhir bahagia, tetapi hari ini dia telah meluluhkan hatiku dengan segudang rasa penasaran.

Masih teringat jelas dengan unggahanku satu setengah bulan lalu. Ketika membuat pengumuman di media sosial tentang sakit Papa yang di rawat di rumah sakit dalam keadaan koma.

"Di cari, seorang wanita sabar dan telaten untuk merawat Papa yang sedang sakit."

Itulah unggahanku di media sosial, dengan di sertai foto Papa yang sedang terbaring sakit dalam kondisi mengenaskan.

Kemudian postingan itu aku abaikan, karena banyaknya pekerjaan kantor dan kubuka saat malam hari setibanya di rumah. Ternyata postinganku sudah di like ratusan orang dan puluhan komentar

"Aku mau, Destra."
"Papamu sakit apa, Destra?"

"Emang istrinya ke mana, Des?"
"Berapa bayarannya?"

"Penyakitnya menular nggak, tuh?"

"Ah, paling modus."

"Cari sensasi aja luh, Des."

"Nggak mau, ah."

"Ih, takut! Gak mau dekat-dekat."

"Moga Papamu cepat sembuh ya."

"Hanya bisa bantu doa."

"Merawat orang sakit itu harus telaten dan penuh kesabaran serta ikhlas. Apa lagi sama orang tua sendiri. Semoga Papamu cepat sembuh. Ikut prihatin ya."

Tulis salah satu akun yang terakhir aku baca dengan nama Widuri Astari, membuatku tertarik dan langusng menutup kolom komentar.

Dialah yang telah mencuri perhatianku, lalu kubuka profilnya. Ternyata kami tidak berteman. Walau pun begitu dia bisa berkomenetar karena postinganku bersifat publik. Sepertinya ia memenuhi kriteriaku dan langsung berselancar lewat inbok

Saat membuka messenger, ternyata yang inbox lebih banyak dari komentar. Tetapi semua aku abaikan terkecuali akun Widuri. Aku mencoba memperhatikan profilnya dan mulai melihat-lihat postingaanya.

Tidak ada yang aneh dengan apa yang dia unggah. Hanya sebuah tulisan-tulisan cerita seperti sebuah karya dan foto dirinya, seorang wanita cantik memakai baju syar'i warna biru dengan jilbab yang senada, ia terlihat begitu anggun.

[Selamat siang.]

Aku mencoba memberanikan diri menyapa lewat inbox, tetapi belum ada balasan. Menunggunya beberapa menit sampai dia membalasnya.

[Iya, selamat siang.] Jawabnya.

[Perkenalkan. Namaku Destra Brmasta, sesuai dengan nama akun ini. Maaf sebelumnya kalau sudah mengganggu waktunya. Apa Ibu mau menjadi perawat Papa?] tanyaku tidak mau basa basi lagi.

[Aku Widuri, turut prihatin dan sedih dengan kondisi Papamu.] Balasnya tulus.

[Apa Ibu berminat?] Pancingku.

[Maaf, aku bukan tidak berminat, tapi masih banyak yang lebih layak untuk menjadi perawat Papamu.] jawabnya seperti merasa tidak yakin.

[Kenapa? Memangnya Ibu tidak layak atau memang tidak mau? Bukankah itu tergantung niat dan ikhlasnya? Kan Ibu yang bilang. Apa ini akun Ibu asli?] Cercaku.

[Iya.] Jawabnya sesingkat itu seperti enggan meladeni caht dariku.

[Maaf, sekali lagi aku tanya, apa Ibu berminat?] tanyaku tidak sabar. Lama tidak di balas, tetapi masih terlihat aktif.

[Apa masih bisa?] balasnya setelah beberapa menit terjeda.

[Bisa lah, jika Ibu serius, lanjut WA saja biar lebih mudah kita berkominikai.] Pintaku.

Akupun mengakhiri pesan lewat inbox dan meninggalkan nomor WhatsApp.

Lama tidak di balasnya. Sampai akhirnya dia meninggalkan nomor ponselnya di inbox. Kamipun berselancar melalui chat whatsapp.

[Jadi, bagaimana Bu? Mau 'kan Ibu bekerja di rumahku untuk merawat Papa?] Tanyaku lagi.

[Aduh ..., gimana ya? Aku memang butuh pekerjaan. Tapi usiaku tidak memungkinkan lagi , aku terlalu tua untuk menjadi perawat.] jawabnya seperti merendah

[Lho, kenapa tidak memungkinkan? Memangnya berapa usia Ibu? Maksudku Mbak?] tanyaku penasaran.

[Empat puluh lima tahun.] jawabnya membuatku sedikit mengernyit, karena kalau melihat dari profilnya tidak terlihat usia empat puluh lima tahun.

[Tidak masalah. Kalau begitu, kapan kita bisa bertemu, biar secepatnya Papa ada yang merawat, besok bisa 'kan, Bu?] Balsaku tidak sabar. Tetapi dia terus menolak serta mengelak dan aku tidak menyerah sampai di situ.

Dengan pembicaraan yang cukup lama, akhirnya Widuri mau menerima tawaranku. Kami sepakat untuk bertemu besok di tempat yang sudah di tentukan. Tidak lupa akupun meng-share lokasi dan alamat tempat kami bertemu.

Hampir semalaman aku tidak bisa tidur dan terus mondar-mandir sambil berputar-putar. Lalu sesekali melihat cermin, kubuka pintu lemari, memilih baju yang paling cocok untuk di pakai besok pagi.

Aneh memang, padahal aku hanya ingin menemui orang yang mau merawat Papa, tetapi aku sudah deg-degan walau pun kami tidak pernah saling bertemu. Sampai aku lupa menanyakan alamat dia tinggal. Mungkin itu aku bisa bertanya nanti.

***
Pagi, sekitar jam sepuluh aku sudah siap dengan baju kemeja berwarna maroon, celana hitam serta sepatu yang senada. Sengaja aku tidak masuk kantor.

Aku segera menghubungi Widuri untuk meluncur ke tempat yang sudah di janjikan. Rumah makan dengan nuansa alam. Udaranya yang dingin dengan beberapa tambak ikan, di atasnya saung dan kolam renang serta beberapa permainan anak-anak.

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan. Akhirnya akupun sampai di tempat tujuan, lalu memarkirkan mobil dan langsung menuju di mana tempat yang sudah aku pesan. Mungkin saja Widuri sudah datang lebih dulu.

Benar saja, sepertinya dia sudah datang lebih dulu. Ia tidak menyadari kalau aku sudah berada di belakangnya. Widuri terus berdiri yang sedang asyik memandangi kolam dengan di penuhi berbagai macam jenis ikan.

Sebelum menyapa, aku mencoba mengirim pesan karena takut salah orang. Dia menerimanya, itu kutahu saat ia melihat pesan dariku di ponselnya.

"Apa benar yang berada di hadapanku ini Ibu Widuri? Kalau benar, tentunya Ibu akan melihat ke belakang." Pesanku harap-harap cemas.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience