Dua Puluh Enam

Romance Completed 140182

Happy Reading

??????????

"Aku ingin kau mengubah semua aset yang kau miliki menjadi atas namaku, SEMUANYA!!! Bagaimana?" Amanda tersenyum licik.

"Holy shit! Are you kidding me?" umpat Darko sambil menyeka wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Darko menggenggam erat telapak tangannya sehingga buku-buku jarinya memerah. Tatapannya begitu tajam seakan ingin menguliti Amanda. Namun, wanita itu tak acuh, malah memilih duduk santai dengan menyilangkan kakinya sambil tersenyum sombong.

"Aku ini wanita mata duitan, jika kau ingin tahu!" ucap Amanda santai.

"Semua perusahaan milik Antonio yang aku ambil alih, itu semua sudah atas namamu. SEMUA!!! Sial! Seharusnya ini aku katakan nanti bukan sekarang di saat situasi kita seperti ini, tapi kau malah mengacaukan semuanya." tegas Darko.

Darko mengambil napas lalu menghembuskannya dengan berat.

"Jika kau meminta semua aset milikku untuk diubah menjadi milikmu. Maaf, aku tidak akan melakukannya. Mencintai bukan berarti selamanya buta dan bodoh. Ada hal-hal wajar yang dilakukan untuk membuktikan keseriusan tapi ada pula hal-hal yang harus diabaikan dan salah satunya permintaan tak masuk akal yang kau katakan!"

"Aku berusaha menarikmu keluar dari labirin masa lalumu di mana kau selalu terperangkap di dalamnya yaitu cinta bertepuk sebelah tanganmu pada Antonio. Pria yang sudah jelas-jelas menolakmu dan mencampakanmu begitu saja." tukas Darko.

Senyum angkuh Amanda perlahan pudar berubah menjadi geraman tertahan saat Darko menyentil masa lalunya bersama Antonio.

"Aku menawarkan padamu kesungguhan dan keseriusan, tapi ternyata kau menolakku dengan cara halus!" Darko tersenyum smirk.

"Akan tetapi aku ingat pesan terakhir ibuku sebelum beliau menghembuskan napas terakhirnya. Kejar cintamu sampai dapat, lakukan apapun agar kau bisa memilikinya. Karena Darko Dio Rajasa tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang pecundang melainkan dilahirkan sebagai seorang pemenang!" ucap Darko penuh percaya diri.

Amanda bertepuk tangan mendengar ucapan Darko.

"Wah, percaya diri sekali kau," Amanda meremehkan Darko.

"Well, maka dari itu, aku akan mempraktekan pesan ibuku. Agar kita sama-sama diuntungkan, bagaimana aku juga mengajukan permintaan padamu? Jika permintaanku terpenuhi, maka aku juga akan memenuhi permintaanmu untuk mengubah semua aset yang aku miliki menjadi atas nama dirimu. Bagaimana? Deal?" kata Darko.

Amanda menautkan alisnya sembari berpikir sebelum memberikan jawaban atas tawaran Darko.

"Apa permintaanmu?" tanya Amanda.

"Sangat mudah. Tapi sebelumnya lebih baik kita berpakaian rapi terlebih dahulu sebelum melanjutkan obrolan santai kita ini," Darko berjalan meninggalkan Amanda menuju toilet dengan membawa totebag yang berisikan pakaiannya lengkap.

Pakaian tersebut dibawa oleh pegawai hotel sekalian dengan makanan yang diantar ke dalam kamar hotel.

Dengan mengenakan pakaian serba hitam, Darko terlihat begitu memukau dan tampan ketika keluar dari toilet. Amanda bergegas mengambil tote bagnya dan berjalan menuju toilet. Amanda bahkan enggan untuk sekedar menoleh Darko saat mereka berpapasan.

Lima belas menit berselang, Amanda keluar dengan memakai make up tipis dan berpenampilan rapi. Mata kucingnya menatap Darko tajam. Wajahnya tidak memperlihatkan ekspresi apapun begitu pula Darko yang memang terkenal dengan pria miskin ekspresi.

Arsitek cantik itu memilih untuk duduk di sofa yang berada di depan Darko, sehingga keduanya saling bertatapan.

"Jadi, katakan permintaanmu!" kata Amanda tanpa ragu dan bertele-tele.

"Aku ingin melihat seorang wanita mata duitan menghabiskan uangku." sindir Darko dan Amanda tersenyum miring menanggapinya.

"Aku memberikanmu waktu satu jam untuk menghabiskan uangku senilai satu triliun. Habiskan uang satu triliun dalam satu jam! Bagaimana? Mudah bukan permintaanku?" kata Darko enteng.

'Fuck! Satu triliun satu jam! Apa dia gila? Dasar orang sinting!' batin Amanda.

"Aku akan duduk manis di sini menunggumu menghabiskan uang jajan yang aku berikan. Ah, jangan lupa, jika kau membeli private jet atau private island, pastikan kau membawa sekaligus surat-surat lengkapnya atas nama kau sendiri," ucap Darko sombong sambil menyandarkan punggungnya pada sofa.

"Satu jam, Amanda! Come on... lalu kau akan mendapatkan semua asetku atas nama kau, sesuai permintaanmu agar kita adil," kata Darko lagi.

Amanda berdiri sambil menggenggam erat cluth miliknya. Ia melayangkan tatapan begitu tajam pada Darko.

"Dengar! Permintaan konyolmu ditolak begitu pula ajakanmu menikah juga ditolak! Aku tidak menyukaimu! Kau bukan tipeku," tolak Amanda tegas.

"Jangan ganggu hidupku lagi! Anggap saja kejadian itu hanyalah kegiatan senang-senang," tambahnya.

Setelah mengatakan hal yang cukup mengejutkan, wanita itu melenggang ke luar kamar. Darko terdiam, terpaku atas jawaban yang keluar dari mulut Amanda.

Wanita itu bergitu keras kepala dan kuat pendirian. Jika orang lain atau pria lain, Darko yakin akan dengan cepat mundur karena tidak kuat dan tahan dengan sifat Amanda yang langka itu.

Darko berlari ke luar kamar menahan lengan Amanda dengan cukup kuat.

"Kau pikir aku akan melepaskanmu?" gertak Darko.

Amanda mendengus mendengar ucapan otoriter Darko.

"Itu salah satu hal yang aku benci darimu! Kau otoriter! Selalu bertindak seperti penguasa. Tidak memikirkan perasaan orang lain dan bertindak semaumu,"

"Bukankah aku memang seorang penguasa?" tanya Darko santai.

"Kau menyebalkan!" ketus Amanda.

"Kau keras kepala dan pengecut!" ejek Darko.

Amanda mendelik tajam mendengar ejekkan Darko yang begitu menyentil sudut hatinya.

"Kau terlalu pengecut untuk menerima balik tantangan dariku." ucap Darko.

Amanda menghembuskan napas kasar sambil menyentak pegangan tangan Darko di lengannya.

"Sudahi semuanya sampai di sini. Aku tidak ingin berdebat lagi! Jangan temui aku dua bulan ke depan. Aku butuh waktu untuk sendiri," Amanda merendahkan suaranya.

"Kau becanda? Dua bulan?" Darko tertawa sumbang.

"Hanya dua bulan, aku pastikan akan segera memberikanmu jawaban setelahnya. Biarkan aku berpikir jernih sendirian. Aku butuh waktu," ucap Amanda.

Darko kembali meraih telapak tangan Amanda dan menggenggamnya erat.

"Kau masih meragukan apa yang aku katakan? Tolong jelaskan padaku sebelum aku membiarkanmu pergi selama dua bulan ini," Darko menatap lekat Amanda.

Wanita itu mengangkat wajahnya dan balik menatap Darko.

"Aku hanya ingin meyakinkan diriku dan mempersiapkan hatiku untuk berjaga-jaga jika aku merasakan kecewa lagi di kemudian hari agar tidak berlarut-larut seperti yang lalu,"

"Jadi, biarkan aku berpikir. Aku juga tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini padamu. Aku mohon, jangan cari aku dan jangan ikuti aku lagi,"

"Dua bulan ke depan. Aku sendiri yang akan mencarimu, menemuimu untuk memberikan jawaban yang sudah aku temukan. Aku janji. Kau juga harus berjanji akan menerima apapun keputusanku nanti," ucap Amanda panjang lebar.

Darko melepaskan genggamannya secara perlahan, menatap wanita itu dengan ekspresi dingin. Amanda memilih untuk tersenyum kecil untuk terakhir kalinya pada pria otoriter yang sedang berusaha memenangkan hatinya itu.

Wanita itu menatap kedua telapak tangan Darko terkepal kuat di sebelah tubuhnya. Kakinya melangkah mundur perlahan-lahan menjauhi tubuh Darko.

"Maaf, aku harus pergi. Terima kasih untuk semuanya."

Amanda berjalan meninggalkan Darko yang masih berdiri mematung di tempatnya.

Darah mengalir dari kulit jemari Darko ketika pria itu menonjokkan bogem tangannya ke dinding. Marah, kesal, kecewa menjadi satu kesatuan yang tengah melebur di dalam hatinya. Perasaannya kacau, jiwanya sedikit tergoncang.

Ia tidak menyangka jika wanita itu akan tetap teguh pada pendiriannya dan memilih bersikap keras kepala sampai detik ini. Darko hanya bisa berharap akan ada keajaiban yang muncul untuk membuat Amanda percaya dan menerimanya.

??????????

Amanda mengemas seluruh pakaiannya ke dalam koper besar yang ia bawa.

Keputusannya sudah bulat, ia memilih untuk menghindar dari Darko. Tidak ada yang salah dengan pria itu, hanya saja dirinya lah yang merasa tidak percaya diri untuk mendampingi pria seperti Darko.

Cukup bodoh mengingat jika dirinya telah melakukan skidipapap dengan Darko tanpa meminta pertanggungjawaban. Tapi biar saja. Amanda perlu meyakinkan dirinya sendiri, memastikan dirinya sudah cukup tangguh untuk merasakan kekecewaan di masa depan nanti.

Lagi pula, bukankah hal wajar jika melakukan skidipapap di zaman modern seperti saat ini. Nana, sahabatnya pun terlihat enjoy melakukannya.

Mustahil jika satu kali ditabur benih langsung jadi bibit unggul.

Wanita itu memilih pulang ke Indonesia dan mengakhiri masa liburannya lebih cepat dari perkiraan. Ia akan menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda dan memilih untuk menutup sementara kantornya. Ia akan kembali ke Korea Selatan, bukan untuk berlibur melainkan untuk berkumpul dengan kedua orangtuanya.

??????????

Kehadiran Amanda di kantornya cukup mengejutkan para karyawannya. Bukan karena mereka malas-malasan dan mengabaikan pekerjaannya melainkan tebakan mereka tepat. Amanda bisa pergi dan pulang tanpa aba-aba dan selalu dalam waktu yang singkat.

"Morning, Bu Amanda," sapa keempat karyawannya.

Amanda hanya mengangguk kecil dan berjalan tanpa ekspresi menuju ruang kerjanya. Matanya sayu namun, sedikit tersamarkan akibat make up yang dipakainya.

Setelah semalam sampai di Indonesia dan pagi harinya wanita itu langsung datang ke kantornya.

"Bawa semua pekerjaan yang sudah masuk ke kita. Pastikan jika ada e-mail pekerjaan baru untuk kantor ini, kau balas dengan penolakan secara halus," ucap Amanda pada Karin.

Asistennya tersebut terkejut ketika mendengar kalimat perintah dari Amanda.

"Maaf, Bu Amanda, apa benar ibu meminta saya untuk menolak tawaran pekerjaan dari klien kita?" tanya Karin memastikan dan Amanda mengangguk.

"Ya. Itu benar. Saya akan menutup sementara kantor ini. Saya akan pulang ke Seoul dalam waktu yang tidak ditentukan." kata Amanda.

Karin terkejut. "Lalu, bagaimana nasip kami?"

Amanda melirik Karin yang berdiri di depannya.

"Kalian tetap bekerja, hanya saja aku tidak akan menjadi bos-nya secara langsung," ucap Amanda ambigu.

"Sudahlah. Sana ambil apa yang aku perintahkan. Kau tidak perlu berpikir keras. Aku tidak akan memecat kalian jika itu yang mau kau ketahui," jelas Amanda.

Karin pamit dan segera mengumpulkan berkas yang di minta Amanda.

Berselang dua jam, tiba-tiba Karin masuk dengan terburu-buru ke dalam ruangan Amanda.

"Bu Amanda, ada tamu yang ingin berte---" ucapan Karin terpotong akibat kehadiran seorang pria tampan yang menyela ucapannya.

"Bisa kita bicara empat mata?"

Amanda memejamkan mata lalu menghembuskan napas beratnya ketika melihat pria itu hadir di depannya.

"Tinggalkan kami berdua," ucap Amanda dan Karin dengan cepat keluar ruangan.

??????????

Jika kau berani untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa lalumu yang suram, maka hidup akan memberimu sebuah hadiah dengan selamat datang yang bahagia di masa depan.

- BebbyShin -

??????????

Jangan terlalu cepet ambil kesimpulan, toh ceritanya masih on going ????????

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience