Lelaki yang kemarin menolongku sibuk mencariku di sekolah. Ia bertanya kepada seluruh siswa di SMA itu dan ia juga bertanya pada Sulastri .
“Sulastri … kamu tau gak Sinar dimana?”
“Oh.. Sinar. Dia gak masuk sekolah katanya sih sakit. Kamu kenapa sih perhatian banget sama dia. Aku gak suka tau kalau kamu deket-deket sama dia.”
Ucapan terakhir yang dikatakan Sulastri tak digubris oleh lelaki ini. Ia bertanya kepada guru kelas Sinar tentang alamat rumah Sinar. Guru kelas memberikan alamat Sinar kepadanya dan sepulang sekolah ia bergegas menuju ke rumah Sinar.
TING TONG TING TONG
Bel berbunnyi nyaring tuk memanggil seluruh isi rumah untuk membukakan pintu depan. Karna aku sekarang sudah tak bisa berjalan, sekarang mamaku yang menggantikanku membuka pintu depan.
“Hai Aunty … Sinar ada?”
Mamaku melihat postur tubuh lelaki ini perawakannya tinggi dan dari raut wajahnya kelihatan orang baik budi pekertinya
“Ada.. Kamu siapa?”
“Saya temanya Aunty ..”
“Mari silakan masuk.”
Mamaku mengajak masuk lelaki itu ke dalam bilik ku. Di dalam bilik, aku terbaring tak berdaya di tempat tidur sedangkan ia hanya tercengang melihat keadaanku yang sekarang ini. Mamaku meninggalkan kami berdua di bilik.
“Kamu kenapa, Sinar?”
“Kamu siapa?”
“Kenalkan aku Irvan Aji Dhani panggil aja aku Irvan . Kemarin aku yang menolongmu. Aku tau namamu dari seragam yang kamu kenakan kemarin.
“Ohh makasih bantuannya kemarin.”
“Oh ya sama-sama. Kamu sakit apa?”
“Aku juga gak tau aku sakit apa. Tapi yang aku tau kakiku gak…”
Bicaraku terputus seketika. Tiba-tiba mulutku tak dapat mengeluarkan suara lagi. Irvan bingung. “Kenapa Tiba-tiba Sinar tak dapat berbicara?” Ia panik dan langsung menggendongku ke lantai dasar dan memberitahu orang tuaku.
Mereka semua membawaku ke hospital di depan perumahan Jati Asri.
Share this novel