Rate

2

Drama Series 542

"DAVAAAAAA!" pekik seorang gadis ketika melihat Dava yang tengah memakaikan liptint miliknya ke wajah Satrio yang sedang tertidur.

Dava tak menggubris gadis itu, ia terus mencorat-coret wajah Satrio dengan liptint itu. Aksi Dava berhenti ketika ia merasakan sakit di daun telinganya.

"Aw aw." rintih Dava sembari memegangi telinganya.

"Kamu ini ya, lelah hayati Ibu bilangin kamu Dava. Ke kantor!" tegas Bu Hana.

Dava hanya cengar-cengir. "Iya iya Bu," kata Dava.

Bu Hana melepaskan jewerannya di telinga Dava. "Jangan lupa urusin si Hayati yang lelah ya Bu hehe," ceplos Dava lalu berlari kencang ke arah kantor.

"Haduh tuh bocah,"

Dava berlari sangat kencang sembari menghadap belakang untuk melihat Bu Hana. Sampai ia tak sadar di hadapannya ada wanita yang membawa mangkuk berisi bakso.

"BAKSO GUEEEEE!" pekik cewek dengan rambut dikuncir kuda itu.

"Haduh maaf-maaf. Panas ya? Maafin gue maaf ya," ucap Dava dengan wajah khawatir.

Kemala mengelap tangannya yang terkena tumpahan bakso panas. "Lo tau kan kalo ini rasanya panas?" tanya Kemala dengan suara dingin.

"Iya tau lah, kalo itu es dawet," kata Dava yang membuat Kemala menepak kepala Dava.

"Dasar setan, gimana nih baju gue jadi basah begini. Mana transparan lagi!" kata Kemala sambil mengusap seragamnya yang basah.

"Ambil jaket gue di kelas sana," suruh Dava.

Kemala kesal. "Eh, eh, eh! Siapa elo nyuruh gue? Kan lo yang bikin salah duluan!" darah Kemala kini sudah mendidih, ia kesal dengan sikap Dava yang semena-mena menurutnya.

"Ah ribet amat sih nih cewek!" kesal Dava yang hanya mendapat cibiran dari Kemala.

Dava mengambil ponselnya lalu menelfon seseorang.

"Iya Mas, yang warna merah." ucap Dava dengan ponselnya lalu menutupnya begitu saja.

"Nanti Dimas kesini, lo tunggu aja," kata Dava lalu berjalan melewati Kemala dengan enaknya.

"GAJAH TERBANG!" pekik Kemala yang membuat Dava menoleh.

"Apaan sih lo, nggak jelas!" sahut Dava lalu pergi menuju kantor.

Kemala tersenyum miris. "Iya, dia nggak inget. Memang sepertinya ini saat yang pas buat gue semakin menghindar," gumam Kemala sendiri.

"Eh Mal? Lo abis berenang dimana?" tanya Dimas dengan tampang polosnya yang justru membuat Kemala semakin jengkel.

"Bodoamat!" kesal Kemala lalu meninggalkan Dimas begitu saja.

Dimas masih diam ditempat. "Ini jaket buat siapa sih?"

***

Suasana kantin sudah mulai ramai, kursi-kursi kantin juga sudah dipenuhi oleh murid-murid yang ingin mengisi perut mereka.

"Mal, udah dekat sama Dava belum?" tanya Fitria.

Kemala mendengus. "Lo tuh nggak usah jodoh-jodohin gue sama Dava, percuma." kata Kemala sambil memotong siomay miliknya.

"Mala sayang, lo sama Dava tuh cocok banget, udah deh nurut aja sama gue." kata Fitria.

"Cocok ya? Hahaha!"

"Lagian nih Man, kalo nggak sama Dava lo mau sama siapa?" celetuk cewek dengan wajah cantik.

"Heh Wulan nggak tau ya? Tadi pagi si Mala kan dianter Renold," sahut cewek dengan badge name Vanya Amelia.

Kemala melotot. "Ciee, nggak mau sama Dava maunya sama Renold anak Pak Rt nih?" goda Fitria.

Kemala hanya mencibir. Ia tak mau melanjutkan perbincangan unfaedah ini.

"Kalo mau sama Renold gue pintain id line nya sama Jon," kata Wulan.

"Kasih Lan, kasihh!" seru Vanya.

"Sini ponsel lo," kata Wulan lalu merebut ponsel yang dipegang Kemala.

Kemala hanya pasrah dengan nasibnya.

"Terserah elo aja, gue pengen ke kamar mandi. Hp dipegang lo aja dulu," pamit Kemala lalu pergi ke kamar mandi.

Sampai di kamar mandi Kemala dicegat tiga orang cewek. Kemala mengenali tiga cewek ini, sangat.

"Hallo Kemala sayang, masih inget gue nggak?" tanya salah satu cewek yang memakai seragam ketat.

"Hmm," jawab Kemala malas.

Cewek itu mengangkat dagu Kemala kasar. "Kalo lo inget gue, lo inget juga kan kata-kata lo waktu itu?" tanya cewek itu.

"...gue harap lo masih ingat dan segera pergi dari hidup Dava," ucap cewek itu lalu pergi keluar kamar mandi.

"Asal lo tau San, gue nyoba jauhin dia. Nyoba benci sama dia, tapi seolah-olah takdir yang ngebuat dia dan gue deket lagi," ucap Kemala dengan suara kecil.

"satu-satunya jalan adalah Renold, iya, Renold." lanjut Kemala.

***

Kemala memasuki kelas, seperti dugaannya ketiga sahabatnya sudah duduk manis di kelasnya.

"Nih Mal, hp lo. Gue udah ngechat si Renold." kata Wulan memberikan ponsel Kemala kepada pemiliknya.

Kemala mengambilnya. "Oke makasih,"

"Ciee makasih, suka beneran lo sama si Renold?" tanya Vanya.

Kemala mencoba untuk tersenyum.

"Tuh kan senyam-senyum sendiri, udah lah jodohin aja sama si Renold," ceplos Fitria.

malaxyz : hai
renold05 : iya ada apa mal?
malaxyz : g
renold05: oh yaudah

"Duh Mala, bego amat sih. Minta anter pulang kek, masa cuma jawab G doang!" kesal Fitria.

"Okeh,"

malaxyz : anterin gue plg

"Si anjoy, mintanya jangan gitu. Haduuuh!" kali ini Vanya mengangkat suara.

renold05 : iya bu bos, ditunggu di parkiran ya

"Gue harus bilang apaan lagi?" tanya Kemala yang membuat ketiga sahabatnya tepuk jidat.

"Makasih kek, apa kek ah," pasrah Fitria.

malaxyz : makasi

"Bodoamat Mal, bodoamat. Pantes aja jones," kata Vanya.

renold05 : iya
renold05 : mal dapet id line gue darimana?
malaxyz : kepo u jlk

Fitria kesal bukan main. Jawaban Kemala selalu membuat darahnya mendidih. "Ah emang elu bego,"

renold05 : wkwk, kalo gue ganteng gue pasti udah nembak lo mal

"Tuh, kode tuh dia! Jangan-jangan dia suka sama lo!" kata Wulan semangat '45

malaxyz : kan lo jlk, jadi gausa nembak gue

"Persetan dengan ketidakpekaan seorang Kemala Gema Firlanda,"

renold05 : wkwk

***

"Dek, sisir mana sih?" tanya Dito sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.

Kemala mendengus. "Tiap hari sisir melulu. Di rak nomor 3 di dalam toples di samping remot rusak,"

Dito berhasil menemukan sisir. "Lagian tiap hari sisir diubah melulu tempatnya,"

"Kan lo punya mata, bisa kan nyari? Kenapa harus nanya melulu?"

Ya beginilah, mereka lebih sering bertengkar. Terlebih lagi karena sekarang tak ada yang memisahkan mereka. Rumahnya sudah seperti medan perang.

Dito terus mengoceh namun Kemala malas untuk menanggapinya. Kemala malah membuka ponselnya dan melihat beberapa chat masuk ke ponselnya.

davaarditai : hai

Kemala menyengrit. Namun tak lama ia membalas chat dari Dava.

malaxyz: ?

Tak sampai semenit, jawaban Dava sudah masuk.

davaarditai : tadi lo gk pake jaket gue?
malaxyz : g
davaarditai : knp?

malaxyz : bau bapak2 mau ke masjid

Dava hanya terkekeh melihat jawaban gadis yang membuatnya kesal terus menerus itu.

Apa gadis itu akan terus membuatnya kesal? Atau bakan hal lainnya?

***

Kemala menatap datar pria di hadapannya. Pria yang membuatnya gagal makan bakso tadi. "Apa?"

Dava menyringai. "Lo, pulang sama gue."

Kemala berdecih. "Cih, nggak bakal."

"Pulang, sama gue!" Dava meninggikan suaranya.

Kemala mengangkat alisnya. "Gue paling nggak suka sama cowok yang sering bentak cewek."

Setelah mengatakan itu, Kemala segera menuju ke motor Renold. Renold segra memberinya helm dan melajukan motornya cepat.

Dava meninju angin. Sesekali berteriak yang membuatnya dikirimi tatapan aneh oleh warga sekolah. "Renold sialaaan!"

Setelah sampai di depan rumah, Kemala memberikan helm yang dipakainya kepada Renold. "Makasih ya Nold."

Renold mendengus. "Jangan Nold, jelek."

"Ya siapa dong? Land?"

"Nendra."

Kemala menyengrit. "Jauh banget?"

"Nama gue Rolland Danendra."

Kemala mengangguk. "Oke, Nendra. Makasih buat hari ini."

Renold tersenyum manis. "Sama-sama puteri. Besok mau bareng lagi?"

Kemala berpikir sejenak. "Nanti malam gue kabarin lagi ya, soalnya harus izin Abang dulu."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience