"Coba Pahami Bagaimana Hatimu Bekerja"

Romance Series 677

Malam telah pergi, mentari kini kembali menunjukan diri, Airin bangun pagi untuk bersiap bekerja kembali, badannya terasa lelah karena kemarin ia begitu sibuk dengan pekerjaannya, dan mungkin hari ini pun akan sama seperti kemarin, Airin telah bersiap-siap dan sedang menyantap sarapannya, Adiknya yang masih kecil itu membuat Airin semangat dalam bekerja walaupun orangtua nya tidak pernah menuntut apapun kepada Airin, tapi bagi Airin rasanya selalu sakit ketika melihat ibunya berangkat pagi untuk ke pasar sendiri dalam keadaan orang rumah yang masih terlelap, ibunya sudah bangun jam 3 pagi untuk ke pasar dan saat waktu Subuh tiba ibunya baru sampai rumah, dan saat malam Airin tau pasti lelahnya melebihi apa yang sedang Airin rasakan sekarang dan itu selalu membuat hati Airin sakit.
Bagi Airin Ibu adalah segalanya baginya, dia menyayangi ibunya melebihi ia menyayangi dirinya sendiri, sebenarnya Keluarga Airin bisa dibilang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan ibu yang bekerja dan Ayahnya pun bekerja diladang, hanya saja Airin sadar ia masih memiliki Adik yang bahkan belum masuk sekolah, jika sudah sekolah pastilah kebutuhan akan bertambah, jadi ia berfikir selagi ia belum menikah ia akan bekerja membantu orang tuanya, bahkan ketika ia menerima gaji sebagian besar uangnya ia berikan pada ibunya, ia hanya memegang uang yang cukup untuk jajannya saja, atau sekedar membeli kebutuhannya. Airin bukan tipe wanita yang suka bergaya, Airin lebih suka berpenampilan sederhana namun rapih, ia tidak suka memoles wajahnya dengan makeup ia juga tidak suka memakai sesuatu yang berbrendit, bagi Airin jika uangnya bisa ditabung kenapa harus mengeluarkannya untuk hal-hal yang hanya ingin dilihat oleh orang lain, Airin hanya menuntut dirinya untuk selalu berpenampilan rapih, bersih dan wangi, hanya itu.

"Bu, aku berangkat kerja yah"
"ia nak, hati-hati ya"
"iya bu, Assalamualaikum bu" Airin mencium tangan ibunya
"Wa'alaikumsalam" ibunya mengelus kepala Airin
Airin meninggalkan ibunya dan mengendarai sepeda motor kesayangannya.

Sampailah Airin ditempat kerjanya, yang seperti biasa gerbang belum terbuka dengan karyawan yang menunggu didepan, "Riiinnnn", "Airiiinnnn"
Suara teriakan teman-temannya yang usil.selalu memanggil-manggil namanya bahkan sebelum ia menyeberang ke arah mereka.
"Iyaaaaaa, ya ampun pagi-pagi udah pada berisik aja nih" Airin mengerutkan dahinya dan tertawa
Mereka bergurau sambil menunggu toko dibuka oleh pemiliknya, setelah toko terbuka semua karyawan masuk dan seperti biasa jika sudah masuk ke tempat kerja mereka sibuk masing-masih dengan tempat kerjanya, begitupun dengan Airin, ia membereskan segala sesuatunya untuk dimulainya pekerjaannya, hari ini Airin kebagian membuang sampah, Airin keluar dan menuju tempat sampah yang berada didepan toko, dengan sadar atau tanpa sadar Airin melirikkan matanya ketoko seberang dan betapa terkejutnya Airin ia melihat laki-laki.sedang membuka gerbang toko namun matanya menatap kearah Airin, Airin mendukan pandangannya "Dia" gumam Airin dalam hati. Ketika Airin sampai ditempat sampah Airin membuangnya dan berbalik kearah toko, sebelum masuk Airin menundukan kepalanya dan tersenyum.pada Arfan yang sembari tadi tidak lepas dari memandang Airin hingga masuk ke dalam toko.

"Ehem," suara Nia berusaha meledek Airin
"Eh kenapa mba" Jawab Airin heran
"Pagi-pagi udah ada yang pandang-pandangan nih" ledek Nia
"Ih mba, siapa yang pandang-pandangam, dan siapa juga yang dipandang" pipi Airin mulai merah
"Eh ga ngaku, mba liat ya dari dalam kaca ini" Nia sambil menunjuk kaca besar yang tembus keluar, jadi bisa melihat ke arah luar yang biasa Nia dan Airin lakukan jika malam hari atau siang hari mereka melihat ke arah kaca tersebut untuk sekedar melihat kendaraan yang lewat atau menunggu penjual yang datang.
"Ah mba, aku ga sengaja juga melihat dia" Airin mencoba sibuk bekerja untuk mengalihkan pembicaraan dengan Nia
"Apa kamu pacaran dengannya rin" Tanya Nia yang membuat Airin kaget
"Hah? pacaran? ah ga, tapi sebenarnya..." Airin tidak melanjutkan pembicaraannya
"Sebenarnya apa? Tanya Nia mulai penasaran
"Dia berkata dia jatuh cinta padaku, dia mengirim surat beserta cokelat kemarin malam, aku harus bagaimana mba?"
Airin hanya bisa bercerita ini kepada Nia, karena bagi Airin Nia sudah seperti kaka baginya.
"Iyakah? sejauh itu? aku gak kepikiran dia sampai secepat itu jatuh cinta, kamu kasih dia apaan rin? Ledek Nia
"Ah mba, emang Airin dukun kasih apaan" rengek manja Airin
"Kamu cinta dia?" Tiba-tiba pertanyaan Nia menusuk hati Airin
"Hah? ee... Aku? aku tidak tau mba" Airin menundukan pandangannya pada Nia
"Jika iya, jangan egois pada hati, jangan mengekangnya, aku lihat dia laki-laki baik"
"Sebenarnya aku bingung, apakah aku jatuh cinta padanya atau tidak, jujur aku memiliki rasa tenang saat berbicara dengannya, tapi... dengan melihat dia orang jauh dan juga ada hal yang aku tidak suka darinya yaitu dia merokok, rasanya fikiranku menepis rasa jatuh cinta itu, walaupun hati tidak bisa dibohongi ketika mulai tenang saat saling berbicara dengannya"
"Orang jauh tidak masalah rin, jika jodoh bagaimana? merokok? kamu bisa memberinya nasehat baik-baik so'al hal itu, aku yakin dia mau mengerti, coba pahami bagaimana hatimu bekerja"

Kata-kata Nia membuat Airin membuka fikirannya, apalagi saat Nia berkata "Coba pahami bagaimana hatimu bekerja"

Airin bukan kali ini saja dia jatuh cinta, saat ia masih sekolah pun ia pernah jatuh cinta dan sempat memiliki kekasih, namun bagi Airin perasaannya saat ini ia belum bisa menebak apa itu cinta atau bukan, ada rasa tenang dan juga takut, ia banyak berfikir untuk perasaannya saat ini, bahkan Airin belum bisa menjawab pertanyaan Arfan pada surat itu.

Sejak Arfan dekat dengan Airin, ia selalu melihat ke arah luar hanya sekedar memastikan apakah ada Airin disana, Arfan seperti ingin selalu melihat wajah Airin dan juga senyumnya yang meneduhkan hatinya itu.
Airin tanpa menyadari ia selalu diperhatikan oleh Arfan, bahkan ketika ia keluar membeli makanan didepan tempat kerjanya Arfan dengan sembunyi-sembunyi melihat Airin yang sedang berdiri menunggu makanannya yang sedang dibuatkan oleh pedagang.
"Apakah sejatuh ini hatiku padanya" gumam Arfan dalam hatinya.

Hari sudah sore, karyawan shift pagi pun mulai keluar dari toko untuk pulang, begitupun Airin, Airin berdiri didepan toko sambil menunggu karyawan lainnya mengambil sepeda motor mereka karena sepeda motor Airin sulit diambil jadi airin menunggu yang lainnya pulang duluan.
Airin menunggu ditempat Ela yang biasa menyiapkan burger sambil berbincang-bincang dengan Ela, dan tanpa sengaja Airin melihat ke arah seberang Arfan sedang memperhatikan Airin saat mengobrol dengan Ela, Airin yang saat itu tau sedang diperhatika ia jadi agak malu dan ingin segera pulang "Mba Ela, aku pulang duluan yah" Kebetulan Ela ini lembur jadi ia akan pulang malam hari, "Iya rin, hati-hati ya" Ela melambaikan tangan pada Airin

Airin mengambil kunci disakunya dan langsung mengambil motornya, dan tibatiba "Airiiinnn" ada yang meneriakkan namanya dari seberang, Airin menoleh dan itu Arfan, ia melambaikan tangannya pada Airin sambil tersenyum, Airin hanya menundukan kepalanya dan tersenyum sedikit tertawa melihat tingkah Arfan yang membuat Airin sedikit malu.

Sepeda motor Airin melaju lurus dan Airin sempatkan melambaikan tangan pada laki-laki yang diseberangnya. Saat mengendarai motor Airin tersenyum mengingat Arfan yang memanggilnya tadi.

Sampai dirumah Airin rasanya tidak ingin mandi dulu, ia hanya ingin merebahkan badannya dikasurnya yang nyaman itu, Airin melempar badannya ke kasur dan membiarkan badannya terlempar begiti saja karena lelahnya.
"Tring" ponselnya berbunyi, ia langsung membuka matanya dan mencari ponsel yang berada ditasnya.
"Video"? Gumam Airin dalam hati, ternyata Arfan mengirimnya sebuah video pendek yang hanya bersikaran kurang lebih satu menit.
Airin membuka video tersebut dan betapa kagetnya Airin melihat video tersebut, didalamnya berisi foto Arfan dan juga Airin yang menjadi slide demi slide divideo tersebut, Airin tidak tau dari mana Arfan mendapatkan fotonya, tapi Airin menebak mungkin dari akun instagram nya, tak sadar Airin meneteskan Air matanya saat melihat kata "You are my sun" "you are my everything".
Airin merasa dirinya berarti bagi orang lain, bahkan sangat berarti bagi Arfan, video nya benar-benar menusuk hati Airin dengan alunan lagu yang begitu indah, saat mengirimkan video tersebut Arfan berkata "Aku harap kamu suka, aku baru membuatnya, maaf jika sedikit berantakan"
Pesan masuk kembali pada ponsel Airin "Aku benar-benar mencintaimu" Tulis Arfan pada pesannya.
Dengan sadar atau tanpa sadar Airin membalas
"Aku juga mencintaimu"

Ditempat lain Arfan yang membuka pesan tersebut seperti ada hal yang sudah Arfan raih, jatungnya berdegup kencang, matanya yang berbinar, dan senyumnya terus terpancar, rasanya ia ingin teriak sekencang-kencangnya.

"Tinta Merah Muda"
(A.R.A)

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience