AKU melutut di kaki Rashid . Airmataku gugur bagaikan hujan di musim bah. Usah dikira malu, aku lebih rela mencium kakinya jika itu yang Rashid inginkan. “Jangan pergi, Iz. Jangan tinggalkan Ees macam ni,” rayuku tanpa mempedulikan wajah waRika yang sedang berdiri di sebelah Rashid . Cebikan dan herdikannya aku telan seboleh mungkin.Betapa pahit pun harus jua aku telan bila terbias di korneaku wajah mak, ayah dan juga abangku, Iqbal.
Update 06 December 2024