Cinderella Dari Kampung

DON'T ASK

Romance Series 5798
5
(3 ratings)

Synopsis

*#CinderellaDariKampung*? *By_Adrian J Sodomon* *Part22-34@Final* *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part22 ** Si Sanda tunduk saja, sambil tinguk di bawah. Si Roland ni pula asyik curi-curi pandang saja tinguk si Sanda. Time si Sanda menoleh tinguk dia, cepat-cepat kunun dia kasi alih pandangan dia. "Alamak, sya pulang dululah. Abislah sya kana marah ni belum pulang-pulang lagi." (Sanda) "Biar sya hantar ko pakai kereta sya." (Roland) Si Sanda angguk-angguk. Si Roland bawa si Sanda pigi tempat dia parking kereta dia. "Bah, masuklah." (Roland) Si Sanda pun masuk. Diorang berangkat menuju pigi rumah si Sanda, akhirnya sampai juga. "Thanks arr bro." (Sanda) "Ok my sweet heart." (Roland) "Sweet heart kunun. Hahaha." (Sanda) Si Roland main mata sama si Sanda. "Ko tidak mau singgah lagikah? Hehe." (Sanda) "Tidaklah. Sya pun ada urusan baini. Oklah, nanti kita jumpa lagi arr." (Roland) "Bye..." (Sanda) "Bye..." (Roland) Si Roland pun jalan. Time si Sanda menoleh di rumah dia, dia ternampak si Clara sama si Claudia berdiri di depan pintu sambil memperhatikan dia, tapi dia kasi abai saja. Time sudah masuk rumah, si Clara tarik tangan dia. "Hey tunggu!!" (Clara) "Kenapa??" (Sanda) "Ada hubungan apa ko sama adik si Larry tu?" (Clara) "Hubungan apa pula? Kami cuma kawan biasalah. Baru saja tadi kami kenal." (Sanda) "Baru tadi? Haha. Tidak payahlah ko tipu sya. Kalau baru tadi kamu berkenal, tidak mungkin bah dia hantar ko sampai rumah." (Clara) "Mana sya tau. Dia sendiri yang mau hantar sya, bukan sya minta pun." (Sanda) "Itu memang alasan ko saja baitu." (Claudia) "Alasan apa pula?" (Sanda) "Tidak payah ko pura-pura buduh sana. Sya tau bah, ko pok-pok jadi gf diakan? Supaya ko dapat kuruk-kuruk duit dia." (Clara) "Jaga sikit mulut ko tu arr. Ko ingat sya ni jenis perempuan yang macam begitukah?" (Sanda) "Haha. Jadi apa masalah ko? Ko mau tampar sya lagikah? Bah, tamparlah! Tampar!" (Clara) "Ala, mengaku saja bah kalau ko tu memang pok-pok duit si Roland. Mentang-mentang diorang tu urang yang paling kaya raya." (Claudia) "Hello my lovely stepsister! Ko ingat sya ni macam ko kah? Belum bertunang lagi sudah minta beli kereta sama calon tunang ko tu. Ngam betul tu ko bertunang sama tu lelaki! Sama-sama pun tembirang, suka kasi rendah-rendah urang lain." (Sanda) Si Claudia cengkam dagu si Sanda. "Jadi apa masalah ko? Ko mau bawa bertumbuk kaini? Bah mari bah, ko ingat sya takutkah sama ko??" (Claudia) Si Sanda tulak tangan si Claudia kasar-kasar. "Buang masa saja sya bergaduh sama urang macam ko ni. Buang-buang tenaga sya saja!" (Sanda) Terus si Sanda berjalan pigi arah dapur. Dia sedang susun-susun tu barang-barang dapur yang baru dia beli. Sapaan sinis si Stefanie mengejutkan dia dari belakang. "Ko pigi mana saja tadi, baru sekarang ko sampai rumah? Arr?" (Stefanie) "Sya mau pulang sudah tadi tu auntie, tapi ada urang jahat bubut sya. Nasib baik sya selamat." (Sanda) "Urang jahat bubut ko? Hahaha. Urang gila kali. Buat apalah urang normal mau bubut sama urang miskin dan urang kampungan macam ko ni, bukan penting pun." (Stefanie) "Urang jahat ni auntie, dia tidak peduli, sama ada auntie ni urang kaya atau urang miskin. Kalau dia mau culik, dia culik juga tu." (Sanda) Si Stefanie makin lagi ketawa sinis. Tiba-tiba ada suara lelaki yang menyampuk dari belakang. "Memang sya mau culik ko!!!" (Suara Lelaki Dari Belakang) Time si Sanda sama si Stefanie menoleh belakang, punyalah si Sanda terkejut sekali dia nampak si Larry berdiri di depan dia. Si Larry buat senyuman sinis, sambil kasi naik-naik kening. Terus dia kenyit mata dia sebelah sambil meninguk si Sanda. Si Sanda pun pura-pura sibuk. "Alamak auntie, sya baru ingat oh! Ada barang dapur yang terjatuh tadi di luar time sya mau masuk. Sya pigi ambil dulu kio." (Sanda) "Bah, cepat!!!" (Stefanie) Si Stefanie senyum-senyum sambil meninguk si Larry. Si Sanda mau melimpas di sebelah si Larry, tapi si Larry tangkap tangan dia. "Jangan ko cuba-cuba lari." (Larry) "Sya bukan mau lari. Sya mau pigi depan sekejap." (Sanda) Tapi si Larry langsung tidak kasi lepas tangan si Sanda. "Ikut sya. Daddy ko ada mau cakap sama ko." (Larry) Si Larry tarik tangan si Sanda menuju pigi ruang tamu. Time sampai di ruang tamu, si Sanda nampak daddy dia duduk-duduk di sofa. Si Clara sama si Claudia berdiri sambil ketawa terbahak-bahak nampak si Sanda kana tarik dengan kasar oleh si Larry. "Sanda!" (Joseph) "Kenapa dad?" (Sanda) "Mulai sekarang, ko mesti ikut si Larry pigi rumah dia." (Joseph) "Apa? Buat apa sya mau pigi rumah dia?" (Sanda) "Jadi urang gaji di rumah sya, termasuk urang gaji peribadi sya. Haha." (Larry) "Apa? Sorry arr, sya tidak mau!!" (Sanda) "Ko mesti mau San, sebab daddy ko pun suruh. Ini sebagai ganti hp sya yang ko kasi rusak sama cincin dari mendiang tunang sya dulu yg ko kasi hilang." (Larry) "Dad, sya tidak mau dad." (Sanda) "Ko mesti mau San. Sebab daddy yang suruh. Ko jangan bantah cakap daddy arr." (Joseph) ** Bersambung... ** #CinderellaDariKampung #Part23 ** "Jadi daddy pun tidak suka kah sya tinggal di sini? Tulunglah dad. Kalau daddy mau sya keluar dari ni rumah, kasi izinlah sya pulang pigi kampung, asalkan sya tidak ikut ni lelaki tembirang minta puji ni!" (Sanda) Si Joseph berdiri. "Ko maukah daddy kasar sama ko macam hari tu? Daddy tidak suka ko lawan cakap daddy." (Joseph) "Sabar uncle." (Larry) Air mata si Sanda hampir mau mengalir. "Sya sangka selama ni daddy betul-betul sayang sama sya. Daddy sanggup kasi gadai anak daddy sendiri sama urang lain." (Sanda) "Ko diam!! Ko lama-lama tinggal di sini pun cuma tukang buat masalah saja. Sama mami tiri ko ni pun ko berani kasar-kasar. Bagus lagi ko jadi urang gaji si Larry sama parent dia, supaya ko pelan-pelan belajar jadi rendah hati. Ko faham?" (Joseph) "Nah, ko dengar? Ko mesti ikut sya." (Larry) "Tidak apalah kalau memang ini yang daddy mau. Mudah-mudahanlah daddy puas hati." (Sanda) "Larry!" (Joseph) "Kenapa uncle?" (Larry) "Sekarang ko bulih bawa si Sanda ni pigi rumah ko." (Sanda) "Itu sudah semestinya uncle. Haha." (Larry) "Apa lagi ko tunggu San? Cepatlah!! Pakaian-pakaian ko sama barang-barang ko biar daddy yang hantar di rumah si Larry karang." (Joseph) "Sampai hati betul daddy sama sya. Dulu mendiang mama tidak pernah pun paksa-paksa sya macam begini." (Sanda) "Ko sama mendiang mama ko sama saja! Sama-sama pun keras kepala." (Joseph) "Stop dad! Jangan mention-mention nama mendiang mama kalau cuma semata-mata mau ungkit-ungkit kisah hidup dia. Dia lebih penyayang berbanding daddy." (Sanda) "Ko diam! Kalau mendiang mama ko masih ada, jangan harap daddy bawa ko pigi sini. Bikin malu saja." (Joseph) Air mata si Sanda mulai mengalir dengan deras. "Bah, mari." (Larry) Si Larry tarik tangan si Sanda bawa pigi kereta dia. Time diorang sudah sampai di pintu rumah, si Clara sama si Claudia mengejek. "Larry, kalau si Sanda ni suka protes-protes apa yang ko suruh, ko tarik saja telinga dia. Hahaha." (Clara) "Beib, kalau si Sanda ni bergedik-gedik sama ko, ko siram saja dia pakai air. Hahaha." (Claudia) "Ok ok. Haha." (Larry) "Diamlah kamu sana. Adik-beradik pun sama saja perangai!!!" (Sanda) "Cinderella mana bulih marah-marah. Cinderella mesti sabar kana maki-maki. Wkwkwk." (Clara) Time si Joseph nampak si Sanda sudah keluar dari rumah sama si Larry, air mata dia pun mengalir sedikit demi sedikit. "Daddy minta maaf San, daddy terpaksa buat macam ni. Daddy tidak mau hidup ko sengsara di sini rumah gara-gara mami tiri ko sama dua urang kakak tiri ko ni. Daddy sentiasa sayang sama ko Sanda." (Dalam Hati Si Joseph) Time sudah masuk di kereta si Larry, si Sanda balik-balik lap air mata dia. Si Larry ambil sapu tangan dia dari poket baju dia, terus dia kasi tu sapu tangan sama si Sanda. Tapi si Sanda diam-diam saja, sama sekali tidak meninguk si Larry. "Sudah! Jangan nangis! Tambah bida sya tinguk." (Larry) "Ko diam bah sana!!!" (Sanda) Si Larry ketawa sinis. "Ko mesti ingat arr, kalau ko bantah apa saja yang sya suruh sama ko, sya report daddy ko." (Larry) "Sya taulah!!" (Sanda) "Bagus kalau ko tau." (Larry) Si Sanda tinguk muka si Larry sambil menjeling. Si Larry senyum-senyum sama dia. "Inilah akibat yang mesti ko terima, sebab sudah berani kasar-kasar sama tanak wagu yang paling hensem macam sya ni. Haha." "Hensemlah sangat!!! Macam tu tomuning (munsang) kebuluran." (Sanda) "Aik? Sudahlah ko tendang anu sya tadi, terus berani lagi ko cakap sya ni tomuning? Ko betul-betul arr!!" (Larry) Terus si Larry cucuk pinggang si Sanda pakai jari telunjuk dia. Si Sanda pun teriak. "Ihh, jangan bah!! Minta puji punya lelaki" (Sanda) "Haha. Apa ko rasa?" (Larry) "Kenapa? Mau kana tendang lagikah yang itu tu?" (Sanda) "Jangan bah. Ko tidak kasiankah sama sya kalau sya mandul? Nanti sya tiada keturunan macam mana?" (Larry) "Biarlah." (Sanda) "Nanti ko sendiri juga yang susah, tiada cahaya mata. Hahaha." (Larry) "Apa maksud ko cakap begitu?" (Sanda) "Bah, manalah tau ko kawin sama sya nanti." (Larry) "Ih, sorry!!!" (Sanda) Si Sanda pun tinguk di sebelah kiri sambil senyum-senyum. Si Larry makin lagi ketawa-ketawa. Si Larry pun kasi hidup kereta dia, terus diorang pun berangkat. Si Larry cuba kasi on aircond kereta dia, tapi tidak dapat. "Aik? Kenapa ni aircond ni? Rusakkah? Mmm... Bisuk mau diservis ni. Aduh!! Panas lagi ni. Aircond lagi rusak." (Larry) Si Larry pun pigi di tempat yang sunyi-sunyi, terus dia kasi berhenti kereta dia. Terus dia buka baju dia. Si Sanda pun kehairanan sudah, campur takut, nampak si Larry buka baju. "Kenapa ni lelaki ni? Tiba-tiba saja buka baju. Di tempat yang sunyi lagi ni. OMG, apa yang dia mau buat ni arr?" (Dalam Hati Si Sanda) Si Larry perasan yang si Sanda tinguk dia lain-lain. "Kenapa ko tinguk sya begitu? Ko ingat sya mau buat apa? Sya kepanasanlah. Aircond rusak. Tulah sya buka baju." (Larry) Si Sanda ketawa-ketawa. ** Bersambung... ** *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part24 ** Perjalanan masih agak jauh untuk sampai di rumah si Larry. Gara-gara terlampau ngantuk, si Sanda pun tertidur. Lama-kelamaan, kepala dia tersandar di bahu si Larry. Si Larry senyum-senyum mesra, seolah-olah dia pun mau kasi sandar kepala dia di atas kepala si Sanda. Pelan-pelan si Larry angkat tangan dia, terus dia belai-belai kepala si Sanda. Akhirnya diorang pun sampai. "Oi, bangun!!!" (Larry) Terus si Sanda terbangun. "Kita sampai sudahkah di Disneyland?" (Sanda) "Disneyland? Hahaha. Ko mengigau kaini?" (Larry) "Sya mengigau kah pula?" (Sanda) "Wkwkwk. Lawak ko ni." (Larry) "Sorry sorry." (Sanda) Si Sanda terpegun nampak rumah si Larry yang lebih besar dan lebih mewah dari rumah bapa dia. "Bah! Mari turun." (Larry) "Sekejap! Ada yang sya lupa mau tanya sama ko." (Sanda) "Apa? Tanyalah." (Larry) "Macam mana ko bulih tau tempat tinggal sya? Terus macam mana ko bulih tau yang sya ni anak uncle Joseph?" (Sanda) "Bestfriend ko yang kasi tau sama sya." (Larry) "Adik ko si Roland kah?" (Sanda) "Yalah. Siapa lagi. Ko tidak suruh dia kasi cerita sama sya pasal ko kan? Sebab ko takut sya cari ko. Haha." (Larry) Si Sanda terdiam. "Kurang asam punya Roland! Jadi ko kah pula yang kasi tau abang ko pasal tempat tinggal sya. Nanti ko arr!!!" (Dalam Hati Si Sanda) "Bah, jangan ko sambung tidur di sini arr. Cepat masuk!! Ingat arr, Apa yang sya suruh, mami sya suruh, daddy sya suruh, atau adik sya suruh, ko mesti ikut. Sama ko mesti ikut setiap kali sya bawa ko pigi mana-mana saja." (Larry) "Ihh, sya taulah baitu! Balik-balik juga mau kasi tau!" (Sanda) "Saja mau kasi ingat, supaya ko tidak lupa. Ok! Cepat masuk!" (Larry) Diorang pun keluar dari kereta. Si Sanda masuk pigi rumah si Larry dengan perasaan yang segan. Pelan-pelan saja langkah dia berjalan. Time sudah sampai di ruang tamu, si Sanda ternampak parents si Larry sama si Roland duduk di sofa yang mewah. Diorang senyum mesra sama si Sanda. Si Roland pula main mata sama si Sanda. Si Sanda tinguk saja muka si Roland dengan pandangan yang yang sinis. "Selamat datang Sanda..." (Justine & Salina) "Terima kasih uncle, auntie, sebab sudi mengalu-alukan kedatangan sya di sini." (Sanda) "Semenjak si Larry ni kasi tau kami yang dia mau bawa ko tinggal di sini, kami pun tidak sabar-sabar menunggu kedatangan ko pigi sini mandak. Hehe." (Salina) "Yakah? Segan pula sya. Hihi." (Sanda) "Apa pula mau segan. Buat saja macam rumah sendiri arr." (Justine) "Ya uncle. Hehe." (Sanda) "Land!" (Salina) "Kenapa mi?" (Roland) "Tulung kasi tunjuk bilik si Sanda. Lepas tu kasi biar dia berehat di bilik dia. Jangan ko kacau dia. Awas ko." (Salina) "Ok mami." (Roland) Si Roland berdiri. "San, mari ikut sya." (Roland) Si Roland bawa si Sanda pigi bilik yang dikhususkan untuk si Sanda, yang berada agak jauh dari ruang tamu. "Nah San, inilah bilik ko. Ko berehatlah dulu kio. Hehe." (Roland) Waktu si Roland mau jalan sudah, si Sanda tarik tangan dia. "Tunggu!!!" (Sanda) "Ada apa my sweet heart? Hehe." (Roland) "Kenapa ko kasi cerita sama si Larry pasal tempat tinggal sya? Bukan sya sudah cakapkah sama ko: jangan kasi tau?" (Sanda) "Ala siou San. Time sya sampai di rumah, sya ingat ko saja bah, tulah hati sya pun gatal mau kasi cerita pasal ko, sampai sya lupa pesan ko tu. Siou arr. Janganlah bah marah." (Roland) "Jadi, ko ada kasi tau diakah pasal yang sya kasi hempas hp dia tu?" (Sanda) "Ada... Siou..." (Roland) Si Roland buat reaksi muka yang bersalah. "Ishh, ko ni kan. Nda maulah kawan ko." (Sanda) "Jangan bah. Kalau ko tidak mau kawan sya, sya bunuh diri ni." (Roland) "Sot lah ko sana!!!" (Sanda) "Tidak payah pun si Roland kasi cerita sama sya pasal ko, sya bulih juga bah jumpa ko." (Larry) Si Larry menyampuk dari belakang. Si Larry memegang beg si Sanda yang berisi pakaian-pakaian si Sanda sama beg yang berisi barang-barang kepentingan si Sanda. Si Roland pun kasi tinggal diorang berdua. "Ini daddy ko hantar tadi." (Larry) "Thank you." (Sanda) Si Sanda tunduk-tunduk saja. "Bah, pigilah ko tidur. Jam 8 malam sudah ni. Bisuk ko mulai sudah melaksanakan kewajipan-kewajipan ko di sini rumah." (Larry) Si Sanda angguk-angguk. Dia kasi masuk tu beg-beg dia di dalam bilik dia, terus dia tutup pintu bilik dia. Si Larry pun jalan menuju pigi bilik dia sendiri, yang ada di tingkat atas. Si Sanda perhati saja bilik dia yang luas, yang ada toilet sama kamar mandi yang sudah kana kasi sedia. Dia pun susun pakaian-pakaian dia di lemari, terus dia baring di katil dia. Suasana menunjukkan di rumah si Joseph. Si Spencer baru balik dari kerja. Dia hairan si Sanda tiada di rumah, jadi dia tanya sama bapa dia. "Dad, mana si Sanda?" (Spencer) "Dia sudah ikut si Larry pigi rumah dia, sebab daddy yang suruh." (Joseph) "Arr? Untuk apa?" (Spencer) "Dia jadi urang gaji di sana." (Joseph) "Apa? Kenapa daddy buat macam tu sama dia Dad?" (Spencer) ** Bersambung... ** *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part25 ** Untuk part-part sebelum ini, ikuti album saya di sini: ** "Dia selalu saja buat masalah di sini rumah. Tulah daddy suruh dia bekerja di rumah si Larry tu." (Joseph) Bertambah kehairanan Spencer mendengar ucapan bapanya. "Masalah apa yang si Sanda buat? Selama sya nampak dia tinggal di sini, bagus-bagus saja sya tinguk dia tu. Maybe daddy yang salah menilai." (Spencer) "Dia sudah pukul kepala si Clara pakai bata sampai binjul, terus dia mau umban lagi mami ko pakai bata. Nasib baik si Claudia pigi tahan dia. Time mami ko minta tulung dia putung-putung sayur, dia mengamuk lagi, terus dia buang tu pisau, sampai tu pisau tercucuk di tangan mami ko." (Joseph) "Sya tidak percaya si Sanda macam tu dad." (Spencer) "Jadi ko mau tuduh yang mami ko reka-reka cerita? Ko tidak nampak tulah ko tidak tau. Bagus ko diam-diam saja." (Joseph) Spencer terdiam, kemudian segera masuk ke biliknya. Bapanya menggeleng-gelengkan kepala sambil menyambung kembali melihat hpnya. Stefanie dan kedua anak perempuannya mendengar perbualan Spencer dengan bapanya. Stefanie mengajak kedua anak perempuannya ke bilik tidur Clara, lalu menutup pintunya. "Kenapa mi? Ada apa?" (Clara) "Tu budak kampung sudah berambus dari ni rumah." (Stefanie) "Jadi?" (Clara) "Sekarang tinggal si Spencer lagi yang perlu kita halau dari ni rumah." (Stefanie) "Yalah, tapi macam mana mi? Dia tu anak kandung daddy, mana mungkin daddy sampai hati mau halau dia dari ni rumah." (Claudia) "Nilah yang mami mau cari idea ni, macam mana cara mau halau dia dari ni rumah. Kalau dia sudah kana halau, senang sudah kita mau rebut harta daddy kamu tu." (Stefanie) "Ihh, mami ni kan. Tidak cukupkah kita tinggal di sini selama ni? Kita kan sudah jadi satu family sama si daddy, jadi kita ni pun ikut rasalah bah juga kekayaan daddy." (Claudia) "Itu tidak cukup Dia. Selama ni mami sudah rawat si Spencer dari kecil. Kekayaan daddy kamu yang makin bertambah tu pun disebabkan mami yang tulung dia. Jadi sudah sepatutnya kita ada hak sepenuhnya atas kekayaan daddy kamu tu." (Stefanie) "Mana sajalah mi, kami ok saja." (Claudia) "Kamu mesti tulung mami." (Stefanie) "Tulung apa lagi mi?" (Claudia) "Begini..." (Stefanie) Stefanie memperlahankan suaranya membisikkan kepada kedua anaknya mengenai rancangan-rancangan jahat yang akan dilakukannya. "Aduh mi, terlampau sadis sudah tu. Silap sikit kedapatan oh." (Clara) "Tidak tu. Ko rileks saja. Selama ko ikut apa yang mami suruh, semua aman saja." (Stefanie) "Sya tidak yakin mi." (Clara) Clara dan Claudia saling memandang, dengan wajah yang menunjukkan kegelisahan. Suasana beralih di rumah Larry. Larry berbaring di atas katil bilik tidurnya, sambil memegang dan memperhatikan sebelah kasut sukan kepunyaan Sanda yang dipungutnya sewaktu kasut itu terlepas dari kaki Sanda. "Di manalah sya mau cari Cinderella pemilik ni kasut ni? Time sya nampak mata dia hari tu, tiba-tiba pula sya dapat bayangkan yang muka dia tu cantik. Mata dia serupa betul macam mata si Sanda. Apa mungkin ni kasut si Sanda punya? Tapi mana mungkin si Sanda ada hati mau tulung sya time tu, sedangkan si Sanda benci betul sama sya, sebab sudah kutuk-kutuk dia. Sya juga bah terlampau jahat, cakap-cakap dia macam tu. Tapi kenapa ko sampai hati kasi rusak hp sya San? Arr! Cuma hp sajapun." (Lary Berkata Dalam Hati) Setelah puas memperhatikan kasut itu, akhirnya dia pun terlelap. Kasut itu dia letakkan di atas dadanya. Dalam masa yang sama, Sanda juga berbaring di katil bilik tidurnya, sambil memperhatikan kasut sukannya yang hanya tinggal sebelah. Wajahnya kelihatan sedikit murung. "Kenapalah sampai sekarang sya masih lagi berharap sambil mengkhayal kalau pasangan ni kasut sya sudah kana pungut sama lelaki yang cinta sama sya? Tulunglah San! Jangan ko terlampau larut dalam khayalan ko yang tidak masuk akal tu. Ko sekarang berada di dunia realiti, bukan dunia dongeng. Silap sikit kana tanggoi anjing sudah kasut ko tu San." (Sanda Berkata Dalam Hati) Sanda akhirnya tertidur setelah puas memperhatikan kasut sukannya. Burung berkicauan riang, menandakan hari sudah pagi. Ketukan pintu biliknya berbunyi. "San!!! Sanda!!! Bangun!!!" Dia mendengar suara dua orang wanita yang memanggilnya. "Siapa pula diorang ni panggil-panggil sya? Setau sya, suara auntie Salina tidak lombou macam ni." (Sanda) Sanda bangun dari katilnya, kemudian pergi ke arah pintu untuk membukanya. Dia mendapati dua orang wanita yang berpakaian ala-ala chef berdiri di depan pintu. "Siou, kamu ni siapa?" (Sanda) "Sya Rikah. Yang ini Julia. Kami ni urang gaji di sini. Kami kana suruh sama si Larry untuk kasi bangun ko." (Rikah) Sanda kehairanan. "Kenapa sya tidak nampak kamu kemarin?" (Sanda) "Sebab masa tu kami ada urusan di kampung, so kemarin tu kami tedalah di sini." (Julia) "Oh gitu.." (Sanda) "Si Larry panggil ko." (Rikah) "Di mana dia?" (Sanda) "Di sana ruang tamu." (Julia) "Ok, nanti sya datang." (Sanda) ** Bersambung... ** #CinderellaDariKampung #Part26 ** Untuk part-part sebelum ini, ikuti album saya di sini: ** Rikah dan Julia meninggalkan Sanda seorang diri yang masih berdiri di situ. Sanda keluar dari bilik tidurnya, kemudian melangkah pergi ke arah ruang tamu. Kelihatannya Larry sedang duduk santai di sofa ruang tamu, sambil meletakkan kedua-dua kakinya di atas meja. "Kenapa boss?" (Sanda) Larry terdiam sejenak, memperhatikan tubuh Sanda dari atas hingga ke bawah. "Ko belum mandi kaini?" (Larry) "Bah, syakan baru bangun." (Sanda) "Cuba ko tinguk jam berapa sudah sekarang?" (Larry) Sanda melihat jam tangannya, sudah pukul 8.34 pagi. "Jam 8.34 pagi. Kenapa?" (Sanda) "Mulai bisuk, ko mesti bangun awal sikit arr. Sya tidak mau lagi ko bangun lambat macam ni. Ko fahamkah?" (Larry) "Teruknya. Baru jam 8.34 pun kana cakap lambat bangun, padahal bukan sya ada buat apa-apa juga sampai mesti mau bangun awal kunun. Rumah pun bersih saja." (Sanda Berkata Dalam Hati) "Sya mau tanya something!" (Sanda) "Apa?" (Larry) "Di sini kan sudah ada urang gaji. Jadi kenapa sya kana paksa kasi jadi urang gaji di sini?" (Sanda) "Ko lupa sudahkah? Atau pura-pura lupa?" (Larry) "Lupa apa?" (Sanda) "Ko lupa sudah yang ko sudah kasi rusak hp sya sama kasi hilang cincin dari mendiang tunang sya? Itu hp tidak apalah. Cuma tu cincin saja. Ko tidak taukah yang tu cincin tu paling berharga bagi sya, sebab tu cincin sya terima dari mendiang tunang sya yang paling sya sayang. Ko mesti cari balik tu cincin. Selagi tu cincin belum ko jumpa, selagi tu ko mesti tetap ada di sini rumah, jadi babu, jadi urang gaji. Sebab putungan macam ko ni memang layakpun jadi urang gaji!" (Larry) "Oh! Jadi ko suruh si auntie Rikah sama si auntie Julia panggil sya pigi sini, cuma semata-mata mau hina-hina sya macam beginikah?" (Sanda) "Ya. Jadi kenapa? Ko mau melawan? Perempuan gila macam ko ni mesti mau kana ajar sikit supaya tidak cakap besar. Sya tau bah, time ko di rumah ko, ko berabis kasi buruk-buruk sya di depan mami tiri ko sama kakak-kakak tiri ko. Ko cakap kunun ko mau bunuh syalah, mau kasi racun syalah. Ya kan?" (Larry) Sanda amat terkejut. "Kenapa bah tidak habis-habis mami tiri sya sama kakak-kakak tiri sya fitnah-fitnah sya macam begini ni? Mungkin kalau sya balik di kampung, baru diorang puas hati ni. Bulih bah, sekejap arr." (Sanda Berkata Dalam Hati) "Oi budak kampungan tidak sedar diri! Kenapa ko diam-diam arr? Jawablah! Atau ko mau sya buka mulut ko besar-besar baru ko mau bercakap?" (Larry) Mata Sanda mulai berkaca. Air matanya akan menitis ketika ia akan mengelipkan matanya. Dengan langkah yang cepat, dia menuju ke arah bilik tidurnya, dan menyusun semua pakaian-pakaiannya ke dalam begnya. Barang-barang kepentingannya juga turut dimasukkannya ke dalam begnya yang lain. Dia keluar dari bilik tidurnya dengan membawa beg-begnya. Dia melangkah dengan cepat ke arah pintu keluar. Larry berdiri dari sofa, kemudian menggapai tangan Sanda dengan segera. Dia mencengkam dengan erat tangannya sehingga dia kesakitan. "Ko mau pigi mana perempuan buduh? Arr??" (Larry) "Sya mau keluar dari rumah mewah ko ni." (Sanda) "Hahaha, jadi ko mau tinggal di mana? Sya yakin, daddy ko mesti mengamuk time dia nampak ko balik pigi rumah dia. Jadi ko mau tinggal mana? Di bawah jambatan?" (Larry) "Sya mau balik di kampung sya. Cuma di sana saja sya bulih hidup tenang. Tulung kasi lepas tangan sya. Atau sya tendang itu ko untuk yang kedua kali. Ko mau?" (Sanda) Dengan tangan yang masih mencengkam tangan Sanda, Larry menutup pintu rumahnya, lalu menguncinya. Kemudian dia peluk tubuh Sanda dari belakang dengan erat, sehingga sukar bagi Sanda untuk bergerak, apatah lagi melepaskan pelukan dari Larry. "Ko jangan macam-macam sama sya arr, sya bulih buat apa saja sama ko di dalam ni rumah." (Larry) Kemudian Larry menolak tubuh Sanda dengan keras ke sofa! Dia menghampiri Sanda, kemudian menarik Sanda berdiri sambil mencengkam kedua-dua tangannya. "Selagi ko belum cari tu cincin, jangan harap ko bulih bebas dari sya. Kalau ko sudah jumpa tu cincin pun belum tentu sya mau kasi lepas ko!" (Larry) Tanpa mereka sedari, Roland memperhatikan mereka dari tadi, di bawah tangga yang menuju ke tingkat atas. Wajah Roland penuh dengan kemarahan. Kemudian Larry mencium pipi kanan Sanda sambil memeluknya dengan erat, kemudian mulai mencium bahagian lehernya. "Tiada adab punya lelaki! Ko ingat sya ni perempuan murahankah ko buat sya macam ni?" (Sanda) Sanda meronta-ronta ingin dilepaskan, tetapi makin erat pelukan Larry memeluk tubuhnya. Tanpa menunggu lama, Roland menghampiri mereka. Dia menarik baju Larry dari belakang, kemudian mulai menumbuk pipi Larry sehingga Larry terduduk di sofa. "Sekali lagi sya nampak ko kasar-kasar sama si Sanda macam ni, siap ko!! Kalau ko mau tunjuk hebat bukan sama perempuanlah bro!!" (Roland) Larry memegang pipinya yang baru sahaja ditumbuk oleh adiknya, Roland. "Ko ok kah San?" (Roland) ** Bersambung... ** #CinderellaDariKampung #Part27 ** Untuk part-part sebelum ini, ikuti album saya di sini: ** "Sya ok ja ni Land. Nasib baik ko datang cepat." (Sanda) Larry pun berdiri dari sofa. Dia menghampiri Sanda, dan mulai menyentuh kedua-dua bahu Sanda dengan penuh kelembutan. "San, sya minta maaf San, sya teda niat mau..." (Larry) Sanda menyingkirkan tangan Larry dari bahunya, dan menoleh ke arah Larry. "Ko diam!!" (Sanda) "Pakkk!!!" Tamparan keras hinggap di pipi Larry yang baru sahaja ditumbuk oleh adiknya sendiri. Larry hanya terdiam dan wajahnya mulai memancarkan rasa bersalah. "Ko bawa sya pigi sini cuma semata-mata mau cabul sya sajakan. Teda guna punya lelaki!! Kalau terlampau logiut sudah cepat-cepatlah bah ko kawin sama kakak tiri sya si Claudia tu. Ko tidur sama dia sepanjang hari pun teda hal. Tidak bangun-bangun sama sekalipun teda hal juga." (Sanda) Larry masih memalingkan kepalanya ke samping, kesan daripada tamparan Sanda. "Hari ni juga, sya mau keluar dari ni rumah kamu yang mewah ni. Urang miskin kampungan macam sya ni tidak layak injak ni rumah, walaupun cuma sebatas urang gaji saja! Sya sedar siapa diri sya. Sya tau sya ni tiada apa-apa untuk dibanggakan. Tapi bukan bererti ko senang-senang mau injak-injak harga diri sya. Perempuan lain bulihlah ko sentuh-sentuh, cium-cium, tapi sya bukan perempuan yang rela kana buat begitu! Sya tidak juga mengaku diri sya ni baik sangat, tapi sekurang-kurangnya sya masih sayang sama harga diri sya. Jangan ko kasi sama harga cincin dari mendiang tunang ko yang hilang tu dengan harga diri seorang wanita!! Lagi pula, sya sama sekali tidak sengaja langgar ko time tu, sampai tu cincin dari mendiang tunang ko tercicir entah pigi mana. Tapi tidak apa, nanti sya tulung cari juga tu cincin di tempat kita berlanggar hari tu. Yang penting, sekarang ni juga, sya mau keluar dari ni rumah! Tulung jangan halang-halang sya. Sya rasa daddy sya pun tidak marah, sebab sya bukan tinggal di rumah dia lagi." (Sanda) Sanda membuka zip begnya, dan mulai mencari sesuatu di dalam begnya. Dia mengeluar sebuah hp baru dari begnya, yang masih berada di dalam kotak. Dia memegang tangan Larry, kemudian meletakkan hp itu di atas telapak tangan Larry dengan kasar. "Nah, sya ganti balik. Harap-harap sesuai sama selera ko! Satu hal ko mesti ingat, sya sama sekali tidak pernah kasi buruk-buruk ko macam yang mami tiri atau kakak-kakak tiri sya kasi cerita sama ko tu. Dari awal sya injak di rumah daddy sya tu, diorang memang tidak suka sama sya. Diorang berusaha fitnah-fitnah sya itu ini, pasal benda-benda yang langsung sya tidak pernah buat. Kalau ko lebih percaya sama cakap diorang, percaya sajalah! Sya tidak kisah. Sya doakan supaya perkahwinan ko sama si Claudia nanti berjalan lancar, terus kekal sampai akhir hayat. Sya minta diri dulu mau pulang kampung." (Sanda) Sanda segera melangkah keluar dari rumah itu, tetapi Roland mengejarnya, kemudian menarik tangannya. "San! Ko mau pigi mana?" (Roland) "Ko tuli kah tidak dengar apa sya cakap tadi? Sya mau balik di kampung sya!" (Sanda) "Jangan San. Sya tidak mau ko keluar dari ni rumah." (Roland) "Kenapa pula ko halang-halang sya ni? Apa masalah ko?" (Sanda) Entah mengapa tiba-tiba sahaja keberanian Roland mulai membara untuk memeluk tubuh Sanda dengan erat. "Sya sayang sama ko San. Waktu pertama kali sya nampak ko, sya mulai suka sama ko. Bukan sebab ko cantik, tapi cara ko bertutur sama sya lain dari perempuan-perempuan yang sya kenal sebelum ni, apalagi waktu ko kasi cerita kisah-kisah hidup ko selama ni di kampung ko. Ko maukah terima sya sebagai pendamping hidup ko? Tulung cakap "iya" San, jangan cakap "tidak". Sya tidak mau ko jauh-jauh dari sya. Sorry kalau sya terlampau berani kasi luah perasaan sya sama ko, sebab sya tidak dapat tahan perasaan sya. Jangan kasi salah sya kalau sya jatuh cinta sama ko San, sebab cinta tu memang ada." (Roland) Tubuh Roland terasa layu ketika memeluk tubuh Sanda, air matanya pun terus mengalir. Demikian juga Sanda, yang matanya menjadi kemerah-merahan akibat air mata yang tidak kunjung mengering. Secara perlahan-lahan, Sanda melepaskan pelukan hangat dari Roland. Larry hanya memperhatikan mereka sambil berdiri di depan pintu. "Tidak Land. Sya tidak sesuai untuk ko. Sya ni cuma sumandak kampung saja, yang cuma sampai tingkatan lima saja. Sikap kampungan sya pun masih kental lagi dalam diri sya. Ko cari saja perempuan yang jauh lebih bagus dari sya. Sorry. Sya minta diri dulu. Terima kasih sebab sudi jadi sahabat baik sya." (Sanda) Sanda segera meninggalkan Roland yang masih larut dengan tangisannya. Sanda lupa menutup kembali zip begnya. Ketika dia berada di pintu gerbang, tiba-tiba kasut sukan miliknya yang hanya tinggal sebelah, terjatuh dari begnya. Dia tidak menyedarinya, kerana terlalu tertumpu dengan destinasinya, iaitu tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Larry juga tidak mampu untuk menahan air matanya yang kini mengalir. ** Bersambung... ** *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part28 ** Larry dan Roland sedang asyik memperhatikan Sanda yang sudah kian jauh meninggalkan rumah mereka, sehingga mereka tidak menyedari akan kasut sukan kepunyaan Sanda yang telah terkeluar dari beg Sanda, kemudian terjatuh di halaman rumah mereka. Roland segera memalingkan tubuhnya ke arah pintu rumah untuk masuk, tetapi Larry menahannya, dengan memegang bahunya. "Sya sama sekali tiada niat mau cabul si Sanda Land. Sya tau ko terlampau marah sama abang ko ni. Sya sudah termakan fitnah mami tiri dia sama kakak-kakak tiri dia, sampai sya terlampau marah sama dia. Si Claudia kasi tau sya, si Sanda bercita-cita mau kawin sama sya, cuma semata-mata mau pok-pok duit sya saja. Sya cuba mau kasar sama si Sanda, tapi tiada cara lain, sebab kalau sya kasi sakit dia, apa guna sya jadi lelaki? Sya tidak mau jadi lelaki dayus, tulah sya terpaksa buat cara kutur macam tu, semata-mata untuk kasi gertak-gertak dia saja. Tapi sumpah, sya tiada niat mau kasi kutur kesucian dia." (Larry) "Si Sanda bukan macam yang mami tiri dia sama kakak-kakak tiri dia kasi cerita sama ko. Kalau betul si Sanda ni jenis yang mata duitan, dia tidak kasi reject sya. Ini dia mengaku lagi yang dia tu tidak layak jadi gf sya." (Roland) Roland segera masuk ke dalam rumah meninggalkan Larry seorang diri di luar. Sanda menaiki teksi untuk pulang ke kampungnya. Ketika tiba di kampung, dia kembali merasakan ketenangan yang pernah dia rasakan sewaktu hidup di situ bersama mendiang ibu kandung tercinta. Dia melihat kanak-kanak bermain bola dengan riang, walaupun ada sebilangan dari kanak-kanak di situ yang sedang asyik bermain hp. Dia berjalan di suatu jalanan kecil dengan langkah yang perlahan-lahan. Ada seseorang yang menepuk bahu kanannya. Dia segera menoleh untuk melihat. "San, sya rindu sama ko San." (Selvia) "Sama Sel, sya pun rindu betul sama ko." (Sanda) Sanda dan Selvia saling berpelukan, seakan-akan pelukan seorang adik dengan kakaknya. Air mata kerinduan Selvia mulai membasahi pipinya, demikian juga Sanda. "Apa khabar ko Sel?" (Sanda) "Sya ok saja San. Sya yakin, ko mesti balik juga di sini, sebab semenjak ko kasi cerita sama sya di whatsapp pasal kebusukan mami tiri ko sama dua urang kakak tiri ko tu, seolah-olah sya mau bawa pula ko balik pigi sini, tapi sya takut daddy ko marah sya." (Selvia) Pelukan hangat mereka pun terlerai. Selvia menggenggam tangan Sanda. "Biarlah kita ni cuma urang kampung. Biarlah rumah kita tidak semewah rumah daddy ko di KK, tapi sekurang-kurangnya, ko tidak stress hidup di sini." (Selvia) "Begitulah juga yang selalu sya fikir Sel. Sya rasa, sya mau ganti posisi mendiang mama sya menjual-jual sigup sama sayur di pasar Sel." (Sanda) "Bagus San. Itu yang terbaik. Biarlah sya yang tulung-tulung ko nanti tanam pokok sigup, tanam sayur, iris-iris tu daun sigup, sama ikat-ikat tu sayur." (Selvia) "Thank you arr. Tapi kalau ko tulung-tulung sya, macam mana pula sama pekerjaan ko nanti?" (Sanda) "Tidak apa. Sya masuk kerja jam 10 pagi. Jadi sebelum jam sepuluh tu, sya masih ada masa lagi tulung-tulung ko." (Selvia) "Bah yalah. Ko kerja di mana sekarang Sel?" (Sanda) "Masih di tempat sya kerja dulu." (Selvia) "Di butik pakaian si Cindy?" (Sanda) "Ya. Hihi. Makin maju sudah butik dia sekarang. Dia sedang mencari saturang lagi pekerja baru perempuan. Sya mau bawa ko, tapi ko mau menjual di pasar pula kan." (Selvia) "Sya mau." (Sanda) "Apa? Serius?" (Selvia) "Ya sya serius. Ko nampak muka sya macam main-mainkah? Hehe." (Sanda) "Tidak jugalah bah. Hehe. Jadi, ko tidak jadi menjual di pasar?" (Selvia) "Sya rasa tidaklah." (Sanda) "Bah, nanti bisuk sya pigi rumah ko, terus kita sama-sama pigi butik si Cindy." (Selvia) "Ok, ko panggil saja sya." (Sanda) "Tapi jangan pula ko bertukar fikiran kio." (Selvia) "Oh, tidaklah. Hehe." (Sanda) "Nah, begitulah." (Selvia) "Bah, sya pigi rumah syalah dululah. Sya mau kasi usai-usai rumah sya tu, mungkin samak sudah sebab lama tidak kana urus. Tapi sunyilah sudah sya tinggal saturang di sana." (Sanda) "Manada sunyi. Hehe." (Selvia) "Maksud ko?" (Sanda) "Adalah... Hehe. Bah, sya pun pulang dululah. Jangan lupa bisuk." (Selvia) "Ok." (Sanda) Selvia pergi meninggalkan Sanda seorang diri. Sanda melangkah menuju ke arah rumahnya, yang tidak berapa jauh dari tempat dia berdiri. Ketika tiba di halaman rumahnya, air matanya mengalir kembali setelah membayangkan seolah-olah mendiang ibunya sedang menebas-nebas rumput di halaman rumahnya. "Hai San, ko baru pulang? Mama rindu betul sama ko San. Nanti karang tulung mama iris-iris daun sigup arr, nanti malam ni mama masak sedap-sedap." (Jenny) Itulah yang muncul dalam bayangan Sanda, yang seolah-olah melihat mendiang ibunya tersenyum riang menyambut kepulangannya. Angin sepoi-sepoi mulai menyentuh kulit tubuhnya, sehingga dia tersedar dari bayangan. Air matanya makin deras mengalir. ** Bersambung... ** #CinderellaDariKampung #Part29 ** Berkali-kali Sanda mengelipkan mata, namun yang dilihatnya hanyalah rerumputan hijau yang kelihatannya baru sahaja ditebas. Dia memperhatikan sekeliling, semuanya bersih, seolah-olah ada orang yang merawat rumahnya dengan baik selama keberadaannya di bandar. Kehairanannya kian bertindih ketika dia terdengar bunyi hentakan tukul di dalam rumahnya, namun hanya sekilas, bunyi itupun lenyap. "Apa pula tu arr? Ada urang kah di dalam rumah sya ni?" (Sanda Berkata Dalam Hati) Tanpa menunggu lama, Sanda segera memasuki rumahnya. Dilihatnya rumah begitu tersusun kemas, lebih kemas berbanding keadaannya sewaktu Sanda meninggalkan rumah itu. "Siapa pula yang kasi kemas ni rumah sya ni?" (Sanda) Sanda berkata-kata dengan suara yang perlahan-lahan. Ada tangan seseorang yang menutup kedua-dua matanya dari belakang. "Oi, siapa ko?" (Sanda) Orang itu segera melepaskan tangannya dari mata Sanda. Sanda menoleh ke belakang untuk melihat. "Spencer??" (Sanda) "Hahaha. Nokotigog (terkejut) ko arr?" (Spencer) "Macam mana ko bulih ada di sini?" (Sanda) "Bah, inikan rumah sya juga. Kenapa?" (Spencer) "Cuma hairan saja bah. Hahaha. Sya pikir siapa tadi." (Sanda) "Mulai sekarang, sya tinggal di sini sudah, kasi kawan ko. Bulihkan?" (Spencer) "Kenapa pula tidak bulih. Ko kan abang kandung sya. Ko ada masalahkah di rumah daddy?" (Sanda) "Ya." (Spencer) "Bah kasi ceritalah." (Sanda) "Mami tiri kita tu sudah fitnah sya yang bukan-bukan. Dia kasi upah urang untuk kasi kana sya." (Spencer) "Apa yang dia fitnah ko?" (Sanda) "Masa tu sya duduk-duduk di sofa baitu. Tiba-tiba kunun ada ni sumandak datang pigi rumah, sya pun tidak kenal. Sya tinguk tu sumandak macam bunting, sebab perut dia buncit. Masa tu daddy baru pulang dari office. Time daddy sudah masuk di rumah, dia pun hairan nampak tu sumandak nangis-nangis sambil pegang-pegang perut dia yang buncit tu. Daddy pun tanya, 'ko siapa?' Tu sumandak jawab, 'sya gf si Spencer.' Daddy tanya lagi, 'jadi kenapa ko nangis-nangis?' Tu sumandak jawab, 'sya mengandung 6 bulan uncle, tapi si Spencer tidak mau tanggungjawab.' Tajam sudah mata daddy meninguk sya time tu. Daddy cakap sama sya, 'kenapa ko begini ni Spen?' Dub dub dub terus jantung sya time sya dengar tu sumandak cakap yang kunun sya kasi bunting dia. Sya pun berdiri, terus sya kasar-kasar cakap sama daddy, 'dad, sya tidak kenal sama ni perempuan dad. Tiba-tiba saja dia masuk pigi sini terus menuduh sya kasi bunting dia.' Terus daddy cakap sama sya, 'daddy tidak sangka ko macam begini Spen. 2x5 saja ko sama adik ko. Mami ko kasi cerita sama daddy, si Sanda balik-balik masuk hotel sama lelaki. Sekarang ko pula mau ikut-ikut jejak dia jadi budak liar. Daddy malu dapat anak macam kamu dua ni. Mulai sekarang, daddy tidak mau lagi nampak muka ko di sini rumah. Ko dengarkah?? Pigilah ko ikut sama ni perempuan liar ni.' Sya terus menjawab, 'tidak payah daddy halau sya dari ni rumah pun sya memang mau keluar bah dari ni rumah. Sya sanggup lagi tinggal di kampung mendiang mama daripada tinggal satu rumah sama bini daddy yang tidak sedar diri tu, sama anak-anak dia yang perangai kalah-kalah setan.' Terus daddy teriak, 'ko keluar sekarang!!' Sya tidak tunggu lama, sya terus pigi bilik sya, lepas tu sya kemas baju-baju sya sama barang-barang sya yang sya beli pakai duit gaji sya sendiri. 'Harap-harap daddy bahagia sama bini daddy dengan anak-anak perempuan kesayangan daddy tu.' Sya bilang.' Sya pulang pigi sini naik teksi. Sya tidak mau sudah pakai kereta yang daddy kasi beli sya tu." (Spencer) "Tidak habis-habis pula tu perempuan mata duitan sama anak-anak dia tu mau buat fitnahkan. Sya sama sekali tiada niat oh mau ikut-ikut lelaki keluar masuk hotel." (Sanda) Sanda menggeleng-gelengkan kepala. "Kita sabar saja San. Ada masa nanti daddy menyesal juga tu sebab terlampau percaya sama tu mami tiri kita dengan anak-anak tiri dia. Ada masa kana balas juga semua perbuatan-perbuatan diorang tu. Kita tunggu saja. Karma tu ada di mana-mana." (Spencer) "Tetap!!" (Sanda) "Yang ko pula kenapa di sini? Bukan ko kerja jadi urang gajikah di rumah si Larry?" (Spencer) Sanda hendak menceritakan mengenai perlakuan buruk Larry terhadap dirinya, tetapi ada sesuatu yang membantut niatnya untuk menceritakan semua itu kepada Spencer. "Si Larry yang suruh sya pulang. Hehehe." (Sanda) "Kenapa?" (Spencer) "Sebab sya balik-balik cakap sama dia, yang sya ni rindu sama suasana di kampung sya. Tulah mungkin dia kasian sama sya, terus dia kasi izin sya balik di sini." (Sanda) "Oh, baguslah. Bisuk sya mau pigi mencari kerja sudah ni." (Spencer) Keesokan harinya, di rumah mewah Larry, Julia sedang menyapu-nyapu di halaman rumah. Dia berhenti menyapu ketika melihat kasut sukan yang hanya tinggal sebelah di depan pintu gerbang rumah itu. "Kasut siapa pula ni?" (Julia) Sambil memungut dan memperhatikan kasut itu. ** Bersambung... *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part30 ** Roland keluar dari rumah, dan dilihatnya orang gajinya, Julia, sedang memperhatikan kasut sukan yang hanya tinggal sebelah itu. Perlahan-lahan dia menghampiri Julia. "Auntie.." (Roland) "Arr?" (Julia) "Kasut siapa yang auntie pegang tu?" (Roland) "Tidak taulah Land. Auntie jumpa di sini tadi." (Julia) Seraya menuding ke tempat di mana ditemuinya kasut itu. "Macam sya pernah nampak pula ni kasut kana pakai sama satu sumandak. Cuba gia sya tinguk auntie." (Roland) Julia memberikan kasut itu kepada Roland. Roland mendapati tulisan 'Sandarela' pada kasut itu. "Ni si Sanda punya ni terjatuh dari beg dia." (Roland) "Macam mana ko tau Land?" (Julia) "Sebab dia pernah kasi tau sya, dia biasa kana panggil Sandarela di kampung dia. Terus ni kasut bertulis 'Sandarela'." (Roland) "Kenapa pula kasut dia bulih terjatuh dari beg dia arr?" (Julia) "Entahlah auntie." (Roland) Larry berdiri di depan pintu sambil memperhatikan adiknya, Roland. Dia segera menghampiri Roland dan terpaku ketika melihat kasut itu yang berada pada tangan Roland. "Ko masuk pigi bilik syakah Land?" (Larry) "Manada! Bila pula sya masuk bilik ko?" (Roland) "Jadi macam mana ko bulih dapat tu kasut dari bilik sya?" (Larry) "Ko mengigau kaini? Si auntie Julia yang jumpa ni kasut di situ." (Roland) Larry terdiam seketika. Dia bergegas memasuki rumah, kemudian pergi ke biliknya. Dia melihat pasangan kasut yang dipegang oleh Roland, berada di atas meja bilik tidurnya, maka diambilnya kasut itu, dan dibawa keluar. "Ini pasangan dia ni." (Larry) "Aik, ko pun ada?" (Roland) "Yang ko pegang ada bertulis nama Sandarela kah?" (Larry) "Ada! Ni..." (Roland) Roland menunjukkan tulisan itu. "Auntie, di mana auntie jumpa ni kasut tadi?" (Larry) "Sya menyapu baitu tadi, terus sya jumpa di situ..." (Julia) "Dari mana ko bulih dapat pasangan ni kasut yang ko pegang tu?" (Roland) "Masa tu sya jogging. Tengah siok-siok jogging, terus sya ternampak ada satu sumandak di depan sya, tapi masa tu dia pakai surgical mask. Dia pun jogging juga masa tu, tapi berlawan arah sama sya. Sya tidak sengaja terinjak ular sinduk, terus kaki sya kana patuk sama tu ular. Tu sumandak pigi dekat sya, terus dia ikat kaki sya pakai sapu tangan dia, lepas tu dia isap kaki sya, kasi keluar tu bisa. Baru dia bawa sya pigi klinik. Time sudah keluar dari klinik, sya sempat lagi kasi dia duit, sebagai tanda terima kasih sebab dia sudah tulung sya. Kalau bukan sebab tu sumandak tulung sya, mungkin mati sudah sya time tu. Waktu dia mau naik teksi sudah, tiba-tiba ni kasut dia sebelah ni, terlepas dari kaki dia. Ntah kenapa dia tidak pigi pungut balik, terus saja dia jalan. Sampai sekarang sya tercari-cari sama sumandak pemilik ni kasut Sandarela ni." (Larry) Setelah Roland mendengar cerita Larry dengan penuh teliti, dia pun ketawa terbahak-bahak. "Apasal pula ko ketawa? Apa yang lucu?" (Larry) "Sya fikir cuma dalam buku cerita saja ada kes sumandak tertinggal kasut ni, terus tu lelaki pigi mencari pemilik tu kasut. Hahaha." (Roland) "Haha, luculah sangat." (Larry) "Ko mau taukah siapa yang punya ni kasut?" (Roland) "Siapa?" (Larry) "Si Sanda." (Roland) "Si Sanda? Macam mana ko tau?" (Larry) "Sebab dia kasi tau sya, dia biasa kana panggil Sandarela di kampung dia. Mami tiri dia sama dua urang kakak tiri dia pun biasa panggil dia Sandarela." (Roland) "Tapi kenapa dia pakai surgical maks time tu? Terus kenapa dia mau juga tulung sya? Padahal sya sudah kutuk-kutuk dia." (Larry) "Si Sanda cuma marah saja baitu sama ko, sebab dia cakap, ko suka kasi rendah-rendah urang kampung macam dia. Tapi sebenarnya dia tidak benci juga sama ko. Tulah dia tulung ko tu. Dia tu sebenarnya baik hati. Sya pernah berbual-bual sama jiran dia di group whatsapp. Jiran dia kasi cerita sama sya, si Sanda tu dari kecil sampai besar memang suka tulung-tulung urang. Dia sanggup kasi keluar abis semua duit-duit dia dari tabung dia, semata-mata mau tulung jiran dia untuk bayar yuran pengajian UMS." (Roland) Larry hanya terdiam tanpa berkata apa-apa. Rasa kagumnya akan diri Sanda mulai membara di dalam hatinya, namun tidak mampu terucap di bibir. "Mari sini tu kasut! Sya mau kasi balik sama si Sanda" (Larry) Larry merebut pasangan kasut itu dari tangan Roland dengan kasar. "Hey, apa pula. Sya yang patut kasi balik si Sanda. Bukan ko!!" (Roland) Roland merebut kembali kasut itu dari tangan Larry dengan kasar, lengkap sepasang. "Sya yang duluan pungut ni kasut time dia mau naik tu teksi. Jadi sya yang patut kasi balik dia." (Larry) Larry merebut kembali kasut itu. Demikianlah gelagat dua beradik itu, yang saling berebut kasut sukan kepunyaan Sanda, sehingga mereka berdua sama-sama terjatuh dan terbaring ke tanah, gelagat mereka itu masih belum usai. Julia hanya menggeleng-gelengkan kepala, kemudian mulai ketawa perlahan-lahan sambil menutup mulutnya dengan tangan. ** Bersambung... ** *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part31 ** Gelagat dua beradik itu semakin serius, dan hampir terjadi perkelahian antara mereka. Salina dan Justine keluar dari dalam rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi. Mereka terkejut menyaksikan apa yang belum pernah disaksikan oleh mereka sebelum ini. "Larry!! Roland!! Apa yang kamu buat tu?" (Salina) "Diorang berebut kasut si Sanda puan. Haha." (Julia) "Buat apa kamu berebut kasut perempuan? Pundan kah kamu ni?" (Salina) Mereka pun berhenti dan segera berdiri. "Mami, sya yang duluan dapat ni kasut si Sanda ni. Sya jumpa time ni kasut terlepas sebelah dari kaki dia. Sya mau kasi balik sama si Sanda, tapi si Roland pun mau ikut-ikut kunun." (Larry) "Sya yang sepatutnya kasi balik si Sanda ni kasut sukan dia, sebab sya bestfriend dia yang selalu bikin dia happy. Yang ko tu cuma kasi sakit hati dia saja. Silap sikit dia kasi sumbat ni kasut di mulut ko." (Roland) "Ko diam ongkor!!" (Larry) "Abang mesti mengalah sama adik. Ko faham kah?" (Roland) Roland sedang memegang kasut sukan Sanda sebelah kiri, sementara Larry memegang yang sebelah kanan. "Mami tidak faham betul sama kamu ni, pasal kasut si Sanda tertinggal saja pun kamu mau berebut. Beginilah, kamu dua sama-sama pigi kasi balik tu kasut sama si Sanda. Ko Roland, kasi balik yang sebelah. Ko pula Larry, kasi balik yang sebelah lagi, baru adil. Macam budak-budak betul kamu ni oh, terutama ko Larry!" (Salina) "Kenapa pula sya mi?" (Larry) "Sebab ko kan mau bertunang sudah sama si Claudia tu." (Salina) "Sya tunda mi. Sya belum bersedia lagi mau bertunang sama dia. Lagi pula, sya rasa, dia bukan perempuan yang tepat untuk sya." (Larry) "Kenapa pula macam tu? Apa kurangnya si Claudia tu?" (Justine) "Daddy tidak taukah, sebenarnya si Claudia tu cuma pok-pok duit sya saja? Dua kali sudah dia minta sya kasi beli dia kereta baru, sya kasi beli saja. Belum kawin lagi sudah minta yang macam-macam. Sya mau cari perempuan yang betul-betul cinta sama sya dad, bukan semata-mata cinta sya punya duit sama karier sya saja. Kalau daddy mau tau, dia tu selalu fitnah-fitnah adik tiri dia si Sanda, itulah sebab daddy diorang suruh si Sanda kerja di sini, sebab dia mau halau si Sanda pakai cara halus. Dia sudah termakan fitnah si auntie Stefanie sama dua urang anak perempuan si auntie Stefanie tu." (Larry) "Apa yang si Larry cakap ni memang betul dad, mi. Diorang si auntie Stefanie sama anak-anak dia benci sama si Sanda, sebab diorang takut si Sanda ada hak atas harta warisan daddy dia. Tulah diorang malar fitnah-fitnah si Sanda tu." (Roland) "Mami tidak sangka diorang macam begitu oh. Dari awal lagi mami memang perasan sama perangai diorang anak-beranak tu." (Salina) "Kalau begitu, daddy cancel planning daddy mau kasi tunang ko sama si Claudia. Daddy tidak mau ada calon menantu macam begitu. Mata duitan. Soripalis!" (Justine) "Nah, begitulah dad. Dari awal, sya memang teda feeling sama si Claudia tu dad." (Larry) "Daddy minta maaf sebab sudah paksa-paksa ko bertunang sama dia." (Justine) "Tidak apa dad, sebab daddy pun mau yang terbaik untuk anak-anak daddy ni. Cuma daddy belum ternampak sifat asli si Claudia tu macam mana." (Larry) "Jadi, ko pilih siapalah Ry? Hehe." (Salina) "Sya pilih si Sanda mi. Walaupun pelajaran dia tidak tinggi, tapi dialah yang sudah kasi selamat nyawa sya time kaki sya kana patuk sama ular sinduk." (Larry) "Ko tidak layak jadi husband si Sanda, sebab ko selalu kasi sakit hati dia. Haha." (Roland) "Minta puji saja ko ni. Ko bulih baca hati si Sanda kah? Ko sudah dengar dari mulut si Sanda sendirikah yang sya ni tidak layak jadi husband dia? Sya tumbuklah ko ni nda lama." (Larry) "Si Sanda milik sya, sebab dia selalu happy kalau sya ada di sebelah dia. Haha." (Roland) "Perasan saja ko sana." (Larry) Salina dan Justine hanya ketawa. Tanpa disedari, perbualan mereka didengar oleh Clara dan Claudia di sebalik pagar rumah mereka. Clara dan Claudia memang bertujuan hendak melihat keadaan Sanda di rumah Larry, semata-mata untuk melontarkan ejekan kepada Sanda, namun mereka tidak mengetahui bahawa Sanda sudah pun berada di kampung. Ketika mereka mendengar keluarga Larry membahas mengenai diri mereka, maka mereka berdua pun berselindung di sebalik pagar rumah itu. "Oh, jadi daddy si Larry kasi cancel planning pertunangan sya sama si Larry cuma gara-gara tu budak kampung tu? Terus si Larry lebih memilih tu budak kampung berbanding sya? Sial punya Sanda. Ko tinguk saja nanti, apa yang sya buat sama ko Sanda... Clara!" (Claudia) "Arr?" (Clara) "Mari ikut sya." (Claudia) "Pigi mana?" (Clara) "Pigi jumpa dioranglah. Buat macam biasa saja muka arr." (Claudia) "Ok ok." (Clara) Claudia dan Clara melangkah menghampiri mereka sekeluarga. Wajah mereka kelihatan amat serius. "Siou ganggu. Si Sanda mana?" (Claudia) "Apahal kamu cari dia?" (Roland) "Memanglah bah. Dia kan adik tiri kami." (Claudia) ** Bersambung... ** *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part32 ** "Adik tiri? Kenapa time sya nampak dia kasi hidang minuman sama kami di rumah kamu tu, ko cakap dia urang gaji, waktu sya tanya siapa dia?" (Larry) "Bah, memang betul dia urang gaji, sebab memang layak pun jadi urang gaji. Jadi apa masalah?" (Claudia) "Sekarang bagus kamu pulang!! Sya tidak mau tinguk lagi muka kamu di sini. Sya hormat sama si Joseph, tapi sya reject sama kamu dua ikur ni, sama mama kamu tu!!" (Justine) "Ok, kami keluar dari sini. Tapi ingat Larry, jangan menyesal arr. Kalau sya tidak dapat kahwin sama ko, bererti si Sanda pun tidak." (Claudia) Terkejut mereka setelah mendengarkan ucapan Claudia yang berunsurkan ugutan itu. "Awas! Kalau sampai ko kasi apa-apa si Sanda, siap ko!!" (Larry) "Rileks bah ko. Haha. Tidak juga sya buat apa-apa sama dia tu, sebab sya sayang bah sama dia, macam adik kandung sya sendiri." (Claudia) "Sya pun..." (Clara) "Gunting dalam lipatan macam kamu dua ikur ni, sama mama kamu, teda siapa-siapa lagi yang mau percaya. Campin reka-reka cerita untuk kasi gaduh urang." (Roland) Claudia dan Clara pun segera keluar dari kawasan rumah itu. Mereka menuju ke arah kereta kepunyaan Claudia. Ketika mereka telah berada di dalam kereta, Claudia memukul keras steering keretanya. "Sial! Shit! Diorang kasi tapuk si Sanda dari kita oh." (Claudia) "Apa juga ko mau buat sama si Sanda?" (Clara) "Adalah... Tinguk saja. Bah, jum lah kita pigi cari makan dulu. Lapar sya oh." (Claudia) "Sya pun lapar betul sudah ni." (Clara) Waktu Claudia sedang asyik memandu kereta, Clara ternampak Sanda yang sedang mengangkat kotak-kotak kecil dari kereta pickup, dengan mengenakan pakaian pekerja kedai butik Cindy. "Dia!!" (Clara) Clara mencuit bahu kiri Claudia. "Apa?" (Claudia) "Cuba ko tinguk tunah." (Clara) "Si Sanda? Oh, jadi dia kerja di sanakah pula? Tunggu ko Sanda. Sya cari parking dulu." (Claudia) Claudia dan Clara keluar dari kereta, kemudian bergegas menghampiri Sanda yang sedang duduk di bahagian belakang kedai butik itu sambil membetul-betulkan baju pekerja yang dikenakannya. "Hoi budak kampung!! Sini ko!!" (Claudia) Sanda terkejut sambil berdiri. "Kenapa? Macam mana kamu bulih tau sya kerja di sini?" (Sanda) "Tidak penting dari mana kami tau. Apa yang ko kasi makan sama si Larry sampai dia suka sama ko?" (Sanda) "Suka sama sya? Hehe, sya tidak faham oh. Apa maksud ko ni?" (Sanda) "Tidak payahlah ko pura-pura basug (bodoh) di sana setan!!" (Claudia) Mata Claudia dan Clara merenung tajam kedua-dua bola mata adik tiri mereka itu. "Betul, sya tidak faham apa yang kamu cakap. Kalau kamu cuma mau ejek-ejek sya, mau cakap hal-hal yang tidak penting, bagus di whatsapp saja. Sya sibuk! Sya mau kerja! Kamu fahamkah?" (Sanda) Claudia menarik rambut Sanda dari belakang, kemudian mulai menghantuk dahi Sanda di tiang besi sehingga berbekas. Sanda teriak kesakitan, cengkaman tangan kanan Claudia tetap erat pada rambut Sanda yang terikat, sedangkan tangan kirinya mencengkam kasar dagu Sanda. "Apa bah yang ko mau ni? Kenapa ko buat sya macam begini? Masih tidak cukupkah sya keluar dari rumah daddy?" (Sanda) Suara Sanda tersedu-sedu mengeluh. Clara hanya ketawa sinis. "Haha. Ko memang layak kana buat begini. Gara-gara ko jugalah si Larry cancel mau bertunang sama sya!" (Claudia) "Kalau si Larry kasi cancel pertunangan dia sama ko, itu bererti dia tidak cinta sama ko." (Sanda) Claudia semakin mengeraskan cengkamannya pada rambut dan dagu Sanda. Cengkaman tangan kirinya beralih kepada leher Sanda. "Ko jangan main-main sama sya arr. Sya bulih kasi mati ko kalau sya mau." (Claudia) "Pakkk!!" Clara menampar pipi kiri Sanda dengan keras. "Haha. Apa ko rasa? Macam begitulah yang ko buat sama sya hari tu!" (Clara) "Itu tidak cukup baitu Cla. Haha." (Claudia) "Pakkk!!" Claudia turut memberikan tamparan yang lebih keras pada pipi kanan Sanda, kemudian menendang perut Sanda sehingga Sanda terduduk di lantai sambil memegang perutnya menahan sakit yang teramat sangat. "Sya belum puas hati selagi ko belum mati. Tapi sebelum sya kasi mati ko, sya mau seksa dulu ko puas-puas budak kampung!" (Claudia) Ramai orang yang lalu lalang di situ terpaku melihat kekerasan yang diadakan Claudia terhadap Sanda. Sanda hanya menangis, dan tidak mampu untuk melawan dalam keadaan deritanya menahan sakit pada perutnya, kesan tendangan dari Claudia, kakak tirinya itu. Seorang lelaki tua memberanikan diri untuk bertanya. "Oi, kenapa ko buat dia macam tu?" (...) "Ini urusan antara sya sama adik tiri sya yang setan ni!! Uncle tidak payah masuk campur!!" (Claudia) Kemudian Claudia menarik kembali rambut Sanda, yang akhirnya membuat Sanda terpaksa berdiri. Claudia menolak tubuh Sanda dengan kasar, sehingga Sanda terjatuh kemudian terbaring di lantai. "Mari Cla. Kita ajar ni budak kampung ni. Hahaha." (Claudia) Claudia dan Clara menendang kepala adik tiri mereka itu dengan keras. ** Bersambung... ** *Edit utk grp wsapp CopyPasteCeta????* #CinderellaDariKampung #Part33 ** "Hahaha. Bah Cla, caw kita dari sini." (Claudia) "Wkwkwk. Padan muka ko Sanda!!" (Clara) Mereka melangkah pergi meninggalkan Sanda yang terbaring di lantai dengan tidak bermaya. Selvia keluar dari butik itu, dan terkejutlah dia melihat sahabat baiknya yang dalam keadaan terbujur, berusaha menimba kekuatan untuk bangun. "San!!! Kenapa ko San?" (Sanda) "Tadi ada dua urang perempuan yang pukul dia sampai jadi macam begitu." (...) "Jadi kenapa uncle diam-diam saja?" (Selvia) "Uncle pun tidak tau mau buat apa, sebab tu perempuan cakap tadi, 'jangan masuk campur urusan sya sama adik tiri sya ni' diabilang." (...) "Kurang ajar juga si Clara sama si Claudia ni. Uncle! Uncle ada kereta kah?" (Selvia) "Ada..." (...) "Tumpang dulu kereta uncle, sya mau bawa bestfriend sya ni pigi hospital." (Selvia) "Ok ok. Bah marilah." Lelaki separuh tua itu membawa mereka ke arah keretanya. Selvia mengangkat tubuh Sanda memasuki kereta lelaki separuh tua itu. Setibanya di hospital, Sanda dirawat dengan seelok-eloknya, dan dibaringkan di katil wad kecemasan. Selvia duduk di samping Sanda, sambil melihat kesan hantukan pada dahi Sanda. "Macam mana cerita dia San? Kenapa kakak-kakak tiri ko buat ko macam ni?" (Selvia) "Tidak taulah Sel." (Sanda) Suara Sanda kedengaran sangat perlahan. Gerakan pertuturan mulutnya terlihat seperti menggumam. "Masa tu sya angkat tu kutak-kutak tali pinggang dari pickup, terus sya duduk sekejap di kerusi luar tu. Tiba-tiba diorang datang, terus si Claudia marah-marah sya. Diabilang, 'apa yang ko kasi makan sama si Larry, sampai si Larry suka sama ko?' Sya pun tidak faham maksud cakap dia tu. Lepas tu, dia kasi hantuk dahi sya di tiang besi. Si Clara tampar sya, lepas tu si Claudia lagi sambung tampar sya. Si Claudia tendang perut sya, sampai sya terduduk di lantai kesakitan." (Sanda) "Sakit jiwa kali kakak-kakak tiri ko ni. Siapalah juga yang mau sama perempuan macam begitu tu, tulah si Larry suka sama ko tu." (Selvia) "Ntahlah Sel. Tapi takkanlah si Larry mau perempuan macam sya ni. Ko sendiri tau jugakan, sampai mana saja pelajaran sya." (Sanda) "Itu tidak penting baitu San. Kalau sudah dinamakan 'cinta', memang married juga hujung-hujung dia tu. Hehe." (Selvia) "Ko tidak balik pigi butikkah Sel? Nanti si auntie Cindy tercari-cari ko." (Sanda) "Tidak baitu. Sya sudah whatsapp dia, sya bilang sya hantar si Sanda pigi hospital, sebab dia cedera sya bilang. Dia bilang ok saja." (Selvia) " ** #


Share this novel

Rate this story


Comments

I¥DA
2021-02-05 

siuk juga tapi update bah lagi

Myra
2018-01-09 

Bila nak sambung nie panjang ke ceritanya syokkkkk sangattt

Myra
2017-12-10 

sambung

DON'T ASK

65 followers


NovelPlus Premium

The best ads free experience